UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK
DALAM MENGATASI
KENAKALAN SISWA DI
MTS N 6 BUNGO
(MTSN 6 Bungo)
PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S1) Pada Ilmu Pendidikan Agama Islam
DI SUSUN OLEH
........................
.......
YAYASAN NURUL ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) YASNI BUNGO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..........................................................................................
MOTTO.............................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah................................................................... 1
B. Fokus
Penelitian.................................................................................
C. Rumusan
Masalah.......................................................................... 10
D. Tujuan
Penelitian............................................................................ 10
E. Kegunaan
Penelitian....................................................................... 11
BAB
II KAJIAN TEORETIK
A. Upaya
Guru Aqidah Akhlak.......................................................... 12
B. Kenakalan
Siswa............................................................................ 12
C. Pembelajaran
Aqidah Akhlak......................................................... 18
D. Penelitian
Yang Relevan .............................................................. 24
E. Kerangka Berpikir......................................................................... 29
BAB III PROGRAM DAN
PELAPORAN
A. Pendekatan
Penelitian.................................................................... 33
B. Seting
Penelitian............................................................................. 33
C. Jenis-jenis
dan Sumber Data.......................................................... 34
D. Teknik
Pengumpulan Data............................................................. 35
E. Teknik
Analisis Data...................................................................... 36
F. Teknik
Penjamin Keabsahan Data.................................................. 37
G. Jadwal
Penelitian............................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan
dan kekuatan bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan proposal Skripsi ini
yaang berjudul Upaya Guru Aqidah Akhlak
Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di MTSN 6 Bungo. Sholawat berangkaian salam, semoga
tercurahkan keepada junjungan alam, yakni Nabi Muhammad SAW, yang menganjurkan
umatnya untuk menutuk ilmu agar manusia bisa membedakan mana yang hak dan mana
yang batil.
Karya tulis dalam bentuk proposal skripsi ini dimaksud untuk
memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1)
Pada Insitut Agama Islam (IAI) Yayasan Nurul Islam (YASNI) Muaro Bungo. Penulis
telah melakukan penelitian dan penulisan proposal skripsi ini dengan semaksimal
mungkin, agar karya ilmiah dalam bentuk
proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, jika terdapat
kesalahan dalam proposal skripsi ini penulis sampaikan mohon maaf, mekhlum
penulis juga manusia.
Oleh karena itu penulis menharapkan kritik dan saran konstruktif
dari semua pembaca agar menjadi proposal skripsi yang ideal.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Masa remaja (khususnya siswa sekolah menengah pertama) adalah suatu
tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantapa. Disamping itu, masa
remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif.
Perlu kita akui
bahwa masa ini adalah masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi
positif yang mereka miliki seperti bakat, kemampuan dan minat, selain itu, masa
ini adalah masa pencarian nila-nilai hidup, dan sebaiknya mereka diberi
bimbingan agama agar menjadi pedoman hidup baginya.[1]
Remaja atau
siswa ini sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh
untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa
sehingga remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri.” Mereka
masih belum mampu menguasai dan mengfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan
psikinya.[2]
Remaja sebagai
individu sedang berada dalam proses berkembang, yaitu berkembang kearah
kematangan atau kemandirian. Demi tercapainya kematangan tersebut, remaja atau
siswa ini memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman
atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya.
Saat ini banyak
lembaga-lembaga pendidikan yang sedang dilanda keprihatian akan bahaya
kenakalan siswa yang semakin meresahkan dan mengganggu ketenangan dan
ketentraman dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan tersebut.
Kehidupan remaja saat ini sering di hadapkan pada berbagai masalah yang amat
kompleks yang tentunya sangat perlu mendapat perhatian kita semua. Salah satu
masalah tersebut adalah semakin menurunnya tatakrama sosial dan etika moral
remaja dalam pratik kehidupan, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan
sekitar dan dapat menimbulkan sejumlah efek negatif di masyarakat, khususnya
para orangtua dan para guru (pendidik), sebab pelaku-pelaku besesrta korbannya
adalah kaum remaja, terutama para pelajar.
Upaya adalah
usaha, syarat untuk menyampaikan sesuatu maksud atau mengikhtiarkan, melakukan
sesuatu untuk mencari jalan /mengambil tindakan.[3]
Upaya merupakan satuan kemampuan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk
melakukan sesuatu guna memenuhi maksud yang telah dituju
Guru merupakan
salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses
belajar mengajar yang ikut berada dalam pembentukan sumber daya manusia yang
potensial di bidang pembanguan. Secara sederhana, tugas guru adalah mengarahkan
dan membimbing para murid agar semakin meningkat pengetahuan dan berkembang
potensinya.
Guru sebagai
salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan, baik yang
berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar maupun pembinaan kepribadian
individu, memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan dalam pendidikan
dan pengajaran, karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.
Guru aqidah
akhlak meletakkan keberhasilan ilmu pengetahuan dengan diimbangi mental yang
sehat dan akhlak yang mulia, sehingga bermanfaat bagi kecerdasan umat dan
negara. Oleh karena itu, setiap program pendidikan harus diusahakan secara
maksimal dalam rangka pengembangan kepribadian, menanamkan pengetahuan dan
ketrampilan kepada peserta didik.
ٱلْمَالُ
وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ
خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia
tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Q.S : 18: 46)[4]
“Dalam pendidikan islam pentingnya mendidik anak itu dimulai sejak
dini karena perkembangan jiwa anak telah tumbuh sejak kecil, sesuai dengan
fitrahnya. Dengan demikian, fitrah manusia kita salurkan, dibimbing, dan
dijuruskan kepada jalan yang seharusnya sesuai dengan arahnya.”[5]
Keberhasilan pendidikan agama islam disekolah dapat dilihat dalam
tiga bidang yaitu pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Ketiganya diharapkan tercipta
dalam satu wujud manusia yang beriman dan berilmu, sehingga peserta didik mampu
menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam sikap kesehariannya, serta
diwujudkan dengan perilaku yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sudah
diterima disekolah. Pola pergaulan yang terjadi pada anak dapat menjadi alasan
mengapa anak-anak usia sekolah seringkalimelakukan kenakalan yang dilakukan
kepada teman-temannya. Seringkali kenakalan tersebut dilakukan tanpa sengaja
maupun sengaja.
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang
kadang bertentangan satu sama lain. Misalnya rasa ketergantungan pada orang
tua, mereka tidak ingin orang tua terlalu banyak campur tangan dalam urusan pribadinya. Kita
seringkali melihat remaja terombang-ambing dalam gejolak emosi yang tidak
berkendali. Dan kadang-kadang membawa pengaruh terhadap kesehatan jasmaninya,
atau sekurang-kurangnya pada kondisi jasmani, seperti tangan menjadi dingin
atau berkeringat, sesak napas, kepala pusing, dan sebagainya. Diantara sebab-sebab
atau sumber-sumber kegoncangan emosi pada masa remaja, adalah konflik atau
pertentanganpertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan baik yang
terjadi pada kehidupannya sendiri, maupun yang terjadi dalam masyarakat umum
ataupun disekolah.[6]
Selain pola pergaulan, media juga sering dituding sebagai sebab
mengapa anak didik seringkali melakukan kenakalan-kenakalan. Banyak
program-program media khususnya televisi yang masih banyak terselip
kenakalan-kenakalan yang diperankan oleh anak-anak yang kemudian ditirukan oleh
anak-anak sebayanya. Pada dasarnya,
setiap individu memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang berbeda,
perbedaan-perbedaan tersebut makin terlihat sejalan dengan perkembangan
individu. Kata perbedaan dalam istilah, perbedaan individual adalah merupakan
suatu variasi yang terjadi, baik padaaspek fisik maupun psikologis.
Pengembangan psikologis kenakalan anak adalah “perubahan-perubahan yang dialami
anak menuju kedewasaan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
kesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmani) maupun psikis (rohani)”.
Melihat pengertian perkembangan psikologi kenakalan anak diatas, maka
Upaya Guru Aqidah Akhlak sangat penting, disamping melaksanakan pengajaran juga
sebagai motivator, suritauladan, dan pembangun akhlak mulia pada diri peserta
didik.
B.
Fokus
penelitian
Karena keterbatasan waktu, dana, referensi, dan
tenaga, peneliti membatasi dan memfokuskan penelitian ini pada kenakalan siswa
kelas VII MTSN 6 BUNGO. Kenakan siswa yang dapat dilihat oleh peneliti adalah
membolos sekolah, berkata kotor, merokok, dan mengejek teman.
C.
Rumusan
Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan dan batasan masalahnya
adalah:
1.
Bagaimana
Upaya guru Aqidah Akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa di MTSN 6 BUNGO ?
2.
Apa
Saja faktor Pendukung terjadinya Guru Pendidikan Aqidah Akhlak Dalam Mengatasi
kenakalan siswa di MTSN 6 BUNGO ?
3.
Apa Penghambat Guru Aqidah Akhlak dalam mengatasi
kenakalan siswa di MTSN 6 BUNGO ?
D.
Tujuan
Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini ada beberapa tujuan yang dicapai
yaitu:
1.
Untuk Mendiskripsikan Upaya Guru Aqidah Akhlak
Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa MTSN 6 Bungo
2.
Untuk
Mendiskripsikan faktor pendukung Guru
Aqidah Akhlak Dalam Mengatasi kenakalan
siswa MTSN 6 Bungo
3.
Untuk
Mendiskripsikan Faktor Penghambat Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa MTSN 6 Bungo
E.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat
penelitian yang peneliti lakukan:
1.
Bagi
penulis
Penelitian
ini dapat memberikan wawasan tentang Upaya Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa MTSN 6 BUNGO
2.
Bagi
Guru Aqidah Akhlak
Penelitian
ini diharapkan dapat Mendeskrisikan Upaya Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengatasi
Kenakalan Siswa MTSN 6 BUNGO
3.
Bagi
Siswa
Penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan siswa dalam mengembangkan akhlak tentang
Upaya Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengatasi
Kenakalan Siswa MTSN 6 BUNGO.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A.
Upaya
Guru Aqidah Akhlak
1.
Pengertian
Guru Aqidah Akhlak
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan
pengetahuan kepada anak didik.[7]
Sementara dalam bahasa indonesia, terminologi guru umumnya merujuk pada
pendidik dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Berdasar pada tugas utama ini, maka guru harus menunjukan kelakuan
yang layak menurut harapan masyarakat, yakni sosok yang layak diteladani oleh
anak didiknya. S. Nasution mengatakan bahwa guru dituntut mempunyai sikap etis,
intelektual, dan sosial lebih tinggi dari tuntutan orang dewasa lainnya.
Secara umum
istilah pendidik dikenal dengan guru. Hadani Nawawi mengatakan bahwa guru
adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah/kelas.
Secara khusus Hadari Nawawi mengatakan bahwa guru adalah orang yang ikut
bertanggung jawab dalam membantu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.
Guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas menyampaikan materi
pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut
aktif dan berjiwa besar serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak
didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa. [8]
Aqidah adalah
suatu yang di anut oleh manusia dan diyakininya, Aqidah merupakan pondasi utama
dalam ajaran Islam. Karena itu merupakan dasar-dasar pokok kepercayaan atau
keyakinan seseorang yang wajib di milikinya untuk dijadikan pijakan dalam
segala sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.[9]Guru
Aqidah Akhlak adalah guru yang memiliki tugas pokok mendidik dan mengamalkan
ilmu-ilmu berkaitan dengan akhlak, kepribadian dan krakter.
Upaya adalah
usaha, syarat untuk menyampaikan sesuatu maksud atau mengikhtiarkan, melakukan
sesuatu untuk mencari jalan /mengambil tindakan.[10]
Upaya merupakan satuan kemampuan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk
melakukan sesuatu guna memenuhi maksud yang telah dituju.
Guru Aqidah
Akhlak adalah suatu cara untuk bertindak dalam melakukan sesuatu, dan mendidik
dan Mengamalkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan akhlak, kepribadian, dan
krakter demi memperoleh keberhasilan dalam mencapai tujuan tertentu. Aqidah Akhlak adalah guru yang bertugas
mengajarkan pendidikan agama islam pada sekolah baik negeri maupun swasta, baik
guru tetap maupun tidak tetap.
Mereka mempunyai peran sebagai pengajar yang
sekaligus merupakan pendidik dalam bidang agama islam. Tugas ini bukan hanya
mereka lakukan di sekolah, melainkan tetap melekat pada diri mereka lakukan di
sekolah. Ini dikarenakan guru aqidah akhlak tersebut harus selalu memperhatikan
sikap keteladanan sehingga selalu dituntut untuk mengamalkan ajaran agama.
1.
Tujuan
pembelajaran aqidah akhlak
Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses yang
diharapkan untuk menuju kesuatu tujuan. Dimana
tujuan pendidikan merupakan suatu
masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, sebab dari tujuan
pendidikan akan menentukan kearah mana remaja itu dibawa. Karena pengertian
dari tujuan itu sendiri yaitu suatu yang
diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.[11]
Tujuan pendidikan agama
dilembaga pendidikan formal
dibagi menjadi dua yaitu:
a.
Tujuan
umum
Secara umum,
pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwakepada Allah SWT serta berakhlaq mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[12]Tujuan
umum pendidikan agama Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan Nasional sebab tujuan itu
tidak akan dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman,
pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya, karena dalam
pendidikan agama yang perlu ditanamkan terlebih dahulu adalah keimanan yang
teguh, sebab dengan adanya keimanan yang teguh akan menghasilkan ketaatan
menjalankan kewajiban agama. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam Q. S. Az-Zariyat ayat 56 yang berbunyi:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون
Artinya: Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56).[13]
Disamping
beribadah kepada Allah maka setiap muslim di dunia ini
harus mempunyai cita-cita untuk
dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. Dengan demikian,
secara umum tujuan umum pengajaran aqidah akhlak di madrasah adalah sebagai
berikut :
1)
Menjadi
orang muslim yang bertaqwa dan berakhlak mulia.
2)
Menjadi
warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan masyarakat.
3)
Menjadi
manusia berkepribadian yang bulat dan utuh percaya diri sehat jasmani dan
rohani.
4)
Memiliki
pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang lebih luas serta sikap yang
diperlukan untuk melanjutkan pelajaran kesekolah lanjutan atas lainnya atau
untuk dapat bekerja dalam masyarakat. Sambil
mengembangkan diri guna mencapai kebahagiaan dunia akhirat.
5)
Memiliki
ilmu pengetahuan agama dan umum yang luas serta pengalaman, ketrampilan dan
kemampuannya yang diperoleh untuk melanjutkan kesekolah lanjutan atas lainnya.
6)
Memiliki
kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat dan berbakti
kepada Tuhan Yang Maha Esa guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.[14]
b.
Tujuan
khusus
Tujuan khusus
yang diharapkan dari pendidikan agama islam pada siswa yaitu memberikan
pengetahuan kepada siswa tentang ilmu keagamaan sekaligus mempertebal keimanan
selain itu tujuan khusus pendidikan agama Islam di Madrasah adalah sebagai
berikut:
1)
Memberikan
ilmu pengetahuan tentang agama Islam.
2)
Memberikan
pengertian tentang agama Islam yang sesuai dengan tingkat kecerdasannya.
3)
Memupuk
jiwa yang agamis.
4)
Membimbing
anak mereka beramal shaleh dan berakhlak mulia.[15]
Dari tujuan
diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
di madrasah dapat membentuk pekerti yang luhur, manusia pembangun yang
bertujuan terhadap kesejahteraan negara dan bangsa serta memiliki ketrampilan untuk terjun di
dunia kerja.
Pendidikan
Islam diharapkan menghasilkan manusia
yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan
gemar mengamalkan ajaranIslam dengan berhubungan dengan
Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang
semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan
akhirat. Adapun tujuan pendidikan
aqidah akhlak menurut beberapa
para ahli adalah sebagai berikut:
Tujuan akhlak
yaitu supaya dapat terbiasa atau melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji,
serta menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela. Dan supaya hubungan kita
dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan
harmonis.
Berdasarkan
rumusan-rumusan di atas, maka dapat penulis
ambil suatu kesimpulkan bahwa
tujuan pendidikan aqidah akhlak tersebut sangat menunjang peningkatan keimanan
dan ketaqwaan siswa kepada Allah
SWT serta dapat memberikan pengetahuan
sekitar pendidikan agama Islam terutama yang berkaitan dengan ibadah ghoiru
maghdzoh.
2.
Metode
Pembelajaran Aqidah akhlak
Metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Sebagai
alat untuk mencapai tujuan, tidak selamanya metode berfungsi secara optimal,
oleh karena itu perlu adanya kesesuaian antara situasi dan kondisi saat proses
belajar-mengajar berlangsung. Metode pengajaran adalah cara penyampaian bahan
pengajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Jadi yang dimaksud dengan Metode mengajar akhlak ialah suatu cara
menyampaikan materi pendidikan akhlak dari seorang guru kepada siswa dengan
memilih satu atau beberapa metode mengajar sesui dengan topik bahasan.Beberapa
metode yang lazim digunakan dalam kegiatan belajar mengajar aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah
sebagai berikut:
a.
Metode
ceramah
Metode
cermah ialah penuturan
atau penerangan secara
lisan oleh guru terhadap murid-murid didalam kelas. Dalam
mengunaan metode ini harus mampu
mencapai komuikasi yang baik dengan murid-murid agar mereka dapat mengerti dan
memahami apa yang telah disampaikan oleh guru. Untuk bidang
studi agama, metode
ceramah masih tepat untuk dilaksanakan, misalnya:
untuk memberikan pengertian tentang tauhid, maka satu-satunya
metode yang dapat digunakan adalah
metode ceramah. Karena tauhid tidak dapat diperagakan, sukar didiskusikan, maka
seorang guru memberikan uraian menurut caranya masing-masing dengan tujuan
muriddapat mengikuti jalan pikiran guru.
b.
Metode
Tugas dan Resitasi
Metode resitasi
(penugasan) adalah metode pemberian tugas belajar (resitasi) sering disebut
metode pekerjaan rumah,
adalah metode dimana
murid diberi tugas khusus di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan
metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya dirumah tapi
dapat dikerjakan di perpustakaan, di
laboratorium, di ruang-ruang praktikum dan lain sebagainya. Metode ini
mempunyai kelebihan antara lain:
1)
Dipakai
untuk mengisi waktu luang untuk hal-hal yang konstruktif Memupuk rasa tanggung
jawab dalam segala tugas pekerjaan sebab dalam metode ini anak-anak harus
mempertangung jawabkan segala tugas yang diberikan.
2)
Memberi
kebiasaan anak untuk giat belajar.
3)
Memberikan
tugas anak yang bersifat praktis umpamanya membuat laporan tentang kegiatan peribadatan
di daerah masing-masing, kegiatan amaliaya sosial dan sebagainya.
B.
Kenakalan
Siswa
1.
Pengertian
Kenakalan Siswa
Menurut Zakiah Drajat Kenakalan adalah “penyimpangan perilaku”.[16]
Pemyimpangan
perilaku ini sebenarnya dilakukan karena siswa tidak mampu mengatasi masalah
yang sedang dihadapinya, sebab pada dasrnya siswa itu mempunyai sikap dan
prilaku yang baik. Akan tetapi karena banyaknya masalah kadang-kadang siswa
tidak sanggup untuk mengatasinya sehingga terjadi ketidak sesuaian atau
penyimpangan perilaku.
Menurut Dr. Kusumanto, Kenakalan Remaja adalah “tingkah laku
individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umumyang dianggap
sebagai acceptabledan baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku
di suatu masyarakat dan berkebudayaan”.[17]
Berdasarkan berbagai tinjauan diatas maka dapat di simpulkan bahwa
kenakalan remaja atau siswa adalah merupakan perilaku atau perbuatan yang
menyimpang dari nilai-nilai moral maupun sosial yang melanggarnorma hukum dan
mengganggu ketrentraman orang lain karena mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut: “adanya suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh anak sebagai
siswa sekolah, bertentangan dengan norma-norma agama dan hukum yang dapat
merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
2.
Jenis-jenis
Kenakalan Siswa
Kenakalan siswa yang dimaksud disini adalah prilaku yang menyimpang
dari kebiasaan atau melanggar hukum, Jensen membagi kenakalan anak atau remaja
ini menjadi empat jenis, yaitu :
1)
Kenakalan
yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti perkelahian, perkosaan,
perampokkan, pembunuhan, dan lain-lain.
2)
Kenakalan
yang menimbulkan korban materi seperti : perusakan, pencurian, pencopetan,
pemerasan, dan lain-lain.
3)
Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban
dipihak orang lain : pelacuran, penyalahgunaan obat.
4)
Kenakalan
yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan
cara membolos, mengingkari status orangtua dengan cara minggat dari rumah atau
membantah perintah merekadan sebagainya.[18]
Tekanan teman sepermainan atau rekan yang selama masa remaja
kadang-kadang begitu banyak sehingga remaja terlibat dalam tindakan ini
dilakukan menerpa kepada anak-anak di bawah umur. Ada dua kategori kenakalan
remaja, yaitu:
1)
Anak-anak
yang melakukan kejahatan dan di hukum sesuai dengan aturan hukum, seperti
perampokan.
2)
Anak-anak
yang melakukan tindakan pidana yang biasanya tidak dianggap sebagai kriminal,
seperti membolos, remaja laki-laki biasanya lebih banyak melakukan aksi
kenakalan dibandingkan dengan perempuan.[19]
Kemungkinan siswa usia remaja menjadi remaja nakal lebih banyak
ditentukan oleh kurangnya pengawasan dari orangtua dan disiplin, ketimbang
status sosial ekonomi. Orangtua yang tidak mampu melakukan pengawasan dan
mengososialisasikan disiplin diri dan menakar kemampuan diri biasanya
menimbulkan masalah bagi anak-anaknya dikemukakan hari. Gurupun mestinya ikut
mengajak anak agar sebisa mungkin menghindari tindakan yang buruk.
3.
Macam-macam
Bentuk Kenakalan Siswa
Masalah kenakalan siswa adalah yang menjadi perhatian umum dimana
saja, baik masyarakat yang telah menjadi maju maupun dalam masyarakat yang
primitive sekalipun, karena kenakalan berakibat menganggu ketentraman orang
lain. Belakangan ini banyak guru-guru, orangtua, dan orang-orang yang sekitar
mengeluh. Anak-anak terutama remaja atau siswa banyak yang nakal, keras kepala,
berbuat keonaran, dan banyak lagi ketentraman umum, gejala-gejala itulah yang
terdapat pada siswa. Adapaun bentuk-bentuk kenakalan siswa yaitu:
1)
Tidak
patuh pada guru, yakni tidak segan-segan menentang gurunya, apabila tidak
sesuai dengan alur pikirannya.
2)
Membolos
sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi ditempat-tempat
terpencil sambil melakukan eksprimen bermacam-macam kedurjanaan dan tidak
asusila.
3)
Cara
berpakaian yang tidak sopan atau tidak sesuai dengan peraturan yang ada pada
sekolah.
4)
Kebut-kebutan
di jalan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan membahayakan diri sendiri
dan orang lain.
5)
Kecanduan
dan ketagihan narkoba dan minuman keras yang erat bergandengan dengan tindak
kejahatan.
6)
Perjudian
dan bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga mengakibatkan kriminalitas. [20]
4.
Fakto-faktor
Penybab Kenakalan Siswa
Sesungguhnya banyak sekali faktor-faktor yang mendorong anak-anak
sampai kepada kenakalan, faktor-faktor pendidikan, lingkungan, ekonomi,
masyarakat, sosial politik dan sebaninya. Memang banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan kepribadian anak. Di samping itu juga banyaknya
contoh-contoh dari kelakuan yang tidak baik yang mereka dapatkan dari orang
dewasa, filim-film, cerita-cerita pendek, komik-komik yang bersifat porno,
tidak mengindahkan nilai dan mutu, tapi banyak memandang segi komersilnya saja.
Pengaruh sosial dan kultural memainkan peran yang besar dalam pembentukan atau
pengkondisian tingkah laku kriminal anak. Sehubungan dengan masalah kenakalan
siswa, banyak faktor penyebabnya.
Faktor penyebab kenakalan siswa secara umum dapat dikelompokan
kedalam dua faktor, yaitu sebagai berikut:
a)
Faktor
intern
1.
Faktor
Kepribadian
2.
Faktor
Keadaan Fisik
3.
Faktor
Status dan Perannya di Masyrakat
b)
Faktor
Ekstern
1.
Keadaan
Lingkungan Keluarga
2.
Kontak
Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik dan Efektif
3.
Keadaan
Geografis dan Kondisi Alam
4.
Faktor
Kesenjangan Ekonomi dan Disentegrasi Publik
5.
Faktor
Perubahan Sosial Budaya yang begitu cepat[21]
Dari keterangan
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi kenakalan pada
siswa tersebut yaitu faktor intern, faktor ini berasal dari dalam diri siswa
tersebut. Sedangkang faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar
anak/siswa. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan perilaku seseorang menjadi
menyimpang apabila siswa tersebut kurang mendapat bimbingan dan kasih sayang
dari kedua orangtua serta lingkungan sekitar.
Dengan demikian
Guru Aqidah Akhlak sangat berperan penting terhadap pemeecahan problematika
kehidupan renaja, karena salah satu faktor yang dapat mencegah siswa dari
perbuatan negatif adalah pendidikan agama. Lemahnya pendidikan agama yang
mereka dapatkan sangat rentan terhadap perilaku yang menyimpang pada kehidupan
pribadi dan sosial. Oleh sebab itu, guna mengatasi dan mencegah hal itu semua,
perlu diintensifkan pendidikan agama agar tercapai kehidupan yang stabil dan
menjadi generasi yang diidamkan, baik oleh orangtua, bangsa, dan negara.
C.
Penelitian
Yang Relevan
Penelitian ini
merupakan penelitian pendidikan, yaitu tentang Upaya Guru Aqidah Akhlak dalam
Mengatasi Kenakalan Siswa, Berikut Peneliti Cantumkan beberapa penelitian yang
pernah dilakukan sekaligus menjadi alasan mengapa penelitian ini layak dan
menarik untuk di lakukan:
1.
Lutfi
Mahfina dengan judul “Usaha Orangtua dalam Mengantisipasi Kenakalan Remaja di
Desa Tulus Rejo.”[22]Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan bahwa Kenakalan Remaja di Desa Tulus Rejo kurang
baik. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Usaha Orangtua
dalam mengantisipasi kenakalan remaja, untuk mengetahui tingkat kenakalan
remaja dan hubungan antara keduanya.
2.
Eka
Agustina dengan judul “Peranan Guru Al-Islam dalam Menanggulangi kenakalan
peserta didik di SMK Muhammadiyah 2 Metro”[23]
penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kenakalan siswa yang mereka
lakukan sangat memprihatinkan, mencemaskan banyak pihak, tidak saja orangtua
yang resah tetapi juga para pendidik. Terutama Guru Pendidikan Agama Islam,
karena Peranan Guru Pendidikan Agama Islam sangat dominan sekali dalam
memperbaiki akhlak siswa terlebih menginggat di pundak merekalah masa depan
bangsa dipertaruhkan.
Berdasarkan
pada beberapa penelitian diatas, tampak belum ada yang meneliti tentang “Upaya
Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Upaya Guru Aqidah Akhlak Dalam
Mengatasi kenakalan Siswa di MTS N 6 BUNGO.
D.
Kerangka Berpikir
Salah satu komponen dalam pembelajaran proses
belajar mengajar. Dari ungkapan belajar dan mengajar adanya guru dan siswa dua
komponen inilah yang akan menghasilkan interaksi belajar mengajar logika
sederhana menyatakan ada siswa tapi tidak ada guru maka proses belajar mengajar
tidak akan tercapai begitu juga sebaliknya, guru sangatlah penting bagi
kelangsungan hidup bermasyarakat berbangsa dan bernengara.
Pendidikan
akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai.
Tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak tujuan pendidikan
islam dapat dicapai melalui pendidikan akhlak dalam bentuk pengembangan sikap
kepasrahan penghambaan dan ketakwaan. Allah menjadikan sifat-sifatNya yang
terdapat dalam asmaul husna sebagai nilai-nilai ideal akhlak mulia dan
menyerukan kepada manusia untuk meneladaninya.
Metode
merupakan dasar paling penting dalam meningkatkan kualitas suatu pembelajaran
karena kesesuaian metode dengan materi yang diajarkan akan memebantu siswa
dalam memahami materi yang disampaikan. Pemilihan metode yang variatif dapat
melibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar harus dilakukan dalam rangka
pembaharuan pendidikan.
Hasil
belajar yang baik tidak terlepas dari metode yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi dalam proses pembelajaran maka metode pembelajaran yang
variatif sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran.
Salah
satu penyebab degralasi akhlak dikalangan remaja dan siswa dewasa ini adalah
kurangnya pembinaan akhlak terhadap mereka, hal ini yang medorong guru untuk
secara intensif membina akhlak siswa baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun
masyarakat, melalui pendidikan akhlak diharapkan siswa akan berprilaku baik dan
dengan pengunaan variasi metode pembelajaran yang tepat akan membawa
keberhasilan dalam proses belajar mengajar dan mencapai tujuan yang akan
dicapai.
Dari
deskripsi teori dapat digambarkan seperti di bagan di bawah ini.
Gambar. 1. Bagan kerangka berpikir
Pembelajaran Aqidah Akhlak Variasi metode:
ceramah, metode tugas dan resitasi Hasil
belajar siswa belum meningkat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian
tentang Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Terhadap Pengamalan
Ibadah di Madrasah MTSN 6 Bungo, pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah
metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk menelit pada kondisi obyek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel
sumber data yang dilakukan secara purposive, teknik penjamin keabsahan data
dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.[24]
Menurut
Arikunto, penelitian kualitatif adalah penelitian dimaksudkan untuk mengumpul
data informasi mengenai suatu gejala yang ada, menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan.[25]
Pendapat lain menyebutkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi,
tindakan. Secara holostik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, dalam suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode yang alamiah.[26]
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan penelitian kualitatif adalah
metode, teknik atau prosedur penelitian yang bersifat deskriptif naratif, yakni
data yang terkumpul akan diolah dan diurai dalam bentuk kata-kata yang
mencerminkan situasi alamiah berdasarkan fakta dilapangan.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitian
inidi Madrasah MTSN 6 Bungo, pemilihan setting
ini didasarkan atas beberapa pertimbangan: pertama, peneliti menemukan
permasalahan yang berkaitan dengan judul yang diteliti. Permasalahan yang
diteliti belum pernah diteliti oleh orang lain di Madrasah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan oleh peneliti untuk
penelitian ini dilakukan sejak tanggal
dikeluarkannya surat izin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan, 2 bulan pengumpulan data dan 1 bulan
pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan proses
bimbingan berlangsung.
Subjek penelitian
adalah subjek yang di tuju untuk diteliti oleh peneliti, yang
mencakup aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan antara Upaya Guru Aqidah
Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa, dalam penelitian ini subjek tersebut
adalah guru dan siswa-siswi.
Sedangkan
pemilihan sampel dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah
teknik penentuan sample yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.[27]
Maksudnya yaitu sampel yang digunakan pada mulanya sedikit kemudian bertambah
banyak sesuai dengan data yang peneliti butuhkan.
C. Jenis-jenis dan Sumber
Data
1. Jenis
Data
Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data
Primer
Data
primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,
yaitu data yang diperoleh langsung oleh peneliti di lapangan tanpa melalaui
perantara.[28] Data primer yang dimaksud disini adalah data
dari hasil wawancara dan observasi mengenai Pengaruh pelaksanaa pendidikan
nagama islam terhadap pengamalan ibadah
di Madrasah MTSN 6 Bungo.
b. Data
sekunder
Data
sekunder adalah data yang dikumpulkan dari berbagai sumber pustaka yang ada
minsalnya melalui arsip-arsip, biro statistik, majalah dan sumber-sumber
lainyadalam artian sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya
bukan peneliti sendiri yang berhadapan langsung dengan yang diminta keterangan.[29]Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi dan informasi yang
meliputi.
1. Historis
dan geografis.
2. Struktur
organisasi.
3. Sarana
dan prasarana.
4. Keadaan
guru dan siswa.
2. Sumber
data.
Sumber
data yang penulis manfaatkan sebagai tempat pengambilan data pada penelitian
ini adalah sumber data orang, dokumen, serta situasi dan kondisi yang ada
dilokasi penelitianAdapun sumber data berupa tempat yaitu kantor dan ruang kelas, adapun data
orang yaitu, kepala Madrasah, guru, siswa-siswi. Selanjutnya sumber data dalam
bentuk situasi dan kondisi adalah segala keadaan yang menggambarkan situasi dan
kondisi lapangan, seperti suasana belajar, kenyamanan belajar, kondisi guru
ketika mengajar, kondisi sarana dan prasarana dan lain-lain, yang bisa
dijadikan pertimbangan bagi penulis dalam menarik kesimpulan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1.
Observasi
Metode
observasi adalah pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki.[30]
Melalui metode Observasi maka penulis mengadakan pengamatan secara langsung ke
Madrasah MTSN 6 Bungo.Observasi yang peneliti lakukan adalah mengamati
pembelajaran dengan pengaruh pelaksanaan pendidikan agama islam terhadap
pengamalan ibadah. Observasi ini merupakan upaya yang dilakukan oleh penelitian
kualitatif untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi dengan
menggunakan alat atau tidak.
Melalui
Observasi ini penulis berharap dapat memperoleh gambaran mengenai (1) Bagaimana
pelaksanaan pengaruh pelaksanaan pendidikan agama islam terhadap pengamalan
ibadah . (2) Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengaruh
pelaksanaan pendidikan agama islam terhadap pengamalan ibadah. (3) Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dari pengaruh
pelaksanaan pendidikan agama islam terhadap pengamalan ibadah .
2.
Wawancara
Wawancara
merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang pertanyaan
diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk
dijawab[31]
yang bertujuan untuk mengambil informasi tentang geografis, histories,serta
hal-hal lain yang ada hubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini
wawancara dilaksanakan dengan kepala Madrasah, para siswa-siswi, beberapa orang guru
dankepala Tata Usaha(TU).
3.
Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa
yangsudah berlalu,dokumen bisa berbentuk tulisan,gambar atau karya-karya
monumental seseorang.[32]Metode
ini dipergunakan untuk memperoleh data-data informasi penunjang dari data
sebelumnya, seperti tentang data jumlah pengajar, jumlah siswa-siswi dan sarana
dan prasarana.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data dari
lapangan terkumpul, maka langkah-langkah selanjutnya adalah menganalisis data
tersebut dengan menggunakan teknik analisis data :
1.
Reduksi
Data
Data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak untuk itu, maka perlu di catat secara teliti rinci
selama penelitian di lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, komplek dan
rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi
data berarti merangkum memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang
penting dengan demikian datayang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih
jelas, dan mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya.[33]
2.
Data
Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi maka langkah
selanjutnya adalah mendisplaykan data kalau dalam penelitian data kualitatif
penyajian data dalam bentuk uraian singkat, yang paling sering teks bersifat
naratif.[34]
3.
Verifikasi
Penarikan
kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal masih bersifat sementar dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung dalam tahap
pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali kelapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.[35]
F. Teknik Penjamin
Keabsahan Data
1.
Triangulasi
Triangulasi merupakan
teknik yang digunakan untuk menguji keterpercayaan data atau dengan istilah
lain yang dikenal dengan trustworthiness
dengan memanfaatkan hal-hal lain yang ada diluar data yang telah dikumpulkan.[36]
Denzin, yang dikutip oleh Moleong, membedakan 4 macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.[37]
Adapun
dalam penelitian ini, untuk memeriksa keabsahan data, peneliti menggunakan
teknik triangulasi pemeriksaan sumber,
yaitu mengecek balik drajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai
dengan jalan:
a. Membandingkan
data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b. Membandingkan
apa yang dikatakan orang di depan umum dan dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan
apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakan sepanjang waktu.
d. Membandingkan
keadaan dan persfektif seseorang dengan membagi pendapat dan pandangan orang
seperti rakyat biasa, orang pendidikan menengah atau tinggi, pemerintah.
e. Membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.[38]
Setelah melakukan
perbandingan berdasarkan sumbernya, maka selanjutnya adalah triangulasi data
berdasarkan metode, dengan cara:
a. Pengecekan
drajat kepercayaan, penemuan hasil penelitian beberapa teknik penumpulan data.
b. Pengecekan
drajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.[39]
Selanjutnya
triangulasi penyidik, yang mana seorang peneliti bekerja sama dengan peneliti
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.[40]
Sedangkan triangulasi dengan teori adalah suatu kegiatan pengecekan data yang
dilakukan peneliti dengan cara membandingkan antara suatu teori dengan teori lainnya
sebagai penjelas pembanding dari data-data yang terkumpul peneliti pada suatu
penelitian.
2. MeningkatkanKetekunan
Meningkatkanketekunanberartimelakukanpengamatansecaralebihcermatdanberkesinambungan,
dengancaratersebutmakakepastian data dapatdipercayasecarapastidansistematis.
Mengapadenganmeningkatkanketekunandapatmeningkatkankredibilitasdata, denganmeningkatkanketekunanitu,
makapenelitidapatmelakukanpengecekankembaliapakah data yang
ditemukansalahatautidak, selainitujugadapatmemberikandeskripsi data yang
akuratdansistematistentang data yang di amati.
G.
JadwalPenelitian
Pada
umumnya penelitian kulitatif memerlukan waktu yang relatif lama, antara 2 sampi
3 bulan. Berikut jadwal penelitian yang peneliti lakukan.
Tabel 1 Jadwal Penelitian
NO |
JENIS KEGIATAN |
Bulan pertama bulan kedua |
|||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Melakukan
survei awal (grand
tour) |
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Penyusunan proposal, diskusi dan
seminar proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Memasuki lapangan, serta melakukan
analisis domain |
|
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Menentukan fokus mini tour queston
dan analisis taksonomi |
|
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Tahap selection, struktural
question, dan analisis kompenensial |
|
|
|
|
|
|
|
|
6. |
Pengujian keabsahan data |
|
|
|
|
|
|
|
|
7. |
Menyusun skripsi dan bimbingan |
|
|
|
|
|
|
|
|
8. |
Penyempurnaan skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
Jadwal
penelitian ini akan berubah sesuai dengan waktu dan kebutuhannya
DAFTAR PUSTAKA
Sofyan
S. Willis, Remaja dan Masalahnya, (Bandung: Alfabeta, 2010)
Mohammad
Ali, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2010).
Muhibbin Syah. Psikologi
Pendidikan suatu Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya, 2000).
Tim
Penterjemah, Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Aat
Syafaat, Sohari Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2008).
Zakiah
Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:Bulan Bintang, 2010).
Revik
Karsidi, Sosiologi Pendidikan (Surakarta: UNS Pres dan LPP UNS , 2005).
Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992).
Ali
Anwar Yusuf, Studi Agama Ilam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003).
Muhibbin Syah. Psikologi
Pendidikan suatu Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya, 2000).
Zakiah Daradjat, Op.
Cit.
Muhaimin, Paradigma
Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005).
Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 1990).
Zakiyah, Darajat,
Op. Cit.
Zuhairini, Abdu Ghofur, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama (Ramadhani, Solo: 1993).
Zakiah
Dradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010).
Taufiqul
Rohman Dhohiriri, dkk, Sosiologi 3 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat (Ghalia
Indonesia,
2007).
Ibd.
Sudarwan
Hanif Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011).
Kartini
Kartono, Psikologi Sosial 2 Kenakalan Reamaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Perasada, 2006).
Taufiqul
Rohman Dhohiriri, dkk. Problematika Keluarga, (Bandung: PT Indonesia,
2010).
Lufi
Mahfina, Usaha Orang Tua dalam Mengantisipasi Kenakalan Remaja di Desa Tulus
Rejo
Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lmpung Timur, skripsi 2004
Eka
Agustina, Peranan Guru Al-islam dalam Menanggulangi Peserta Didik di SMK
Muhammadiyah 2
Metro, Skripsi 2016
Lexy J,
Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004).
Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1990).
Margono , metode penelitian kualitatif,
(Jakarta, Rineka Cipta, 1997).
Sugiono, metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:
Alfa, Beta 2014)
Djam’an Satori
dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011).
Margono , metode penelitian kualitatif.
Sutrisno Hadi, metode penelitian, aplikasi dan penerapan,(Jakarta:
PT. Rosdakarya, 2004).
Sudarwan Danim, menjadi peneliti kualitatif, (Bandung : CV.Pustaka
Setia. 2002).
Sugiono, metode Penelitian Pendidikan.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2015).
Ibid.
Ibid.
Mukhtar , Bimbingan skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah: Panduan Berbasis Penelitian
kualitatif
Lapangan dan Perpustakaan,
(Jambi: Shultan Thaha Press, 2007).
Lexy J. Moloeng, metodologi penelitian kualitatif,
(Bandung, Remaja Rosdakarya,2014) cet ke- 23
(edisi revisi).
Ibid.
Ibid.
Moleong, metodologi penelitian kualitatif .
[1]Sofyan S.
Willis, Remaja dan Masalahnya, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 1
[2]Mohammad Ali,
Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2010), hal. 9
[3]Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya,
2000), hal.223
[4]Tim
Penterjemah, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 93
[5]Aat Syafaat,
Sohari Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan
Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal. 6
[6]Zakiah Drajat,
Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:Bulan Bintang, 2010), hal. 91
[7]Revik Karsidi, Sosiologi
Pendidikan (Surakarta: UNS Pres dan LPP UNS , 2005), hal.32
[8]Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal.207
[9]Ali Anwar
Yusuf, Studi Agama Ilam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 110-111
[10]Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya,
2000), hal.223
[11]Zakiah Daradjat, Op. Cit, h. 29
[12]Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.78
[13]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 1990), h. 523
[14]Zakiyah, Darajat, Op. Cit; Hlm.
108
[15]Zuhairini, Abdu Ghofur, Metodologi
Pembelajaran Pendidikan Agama (Ramadhani, Solo: 1993), h.
[16]Zakiah Dradjat,
Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), hal.125
[17]Taufiqul Rohman
Dhohiriri, dkk, Sosiologi 3 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat (Ghalia
Indonesia, 2007), hal. 17
[18]Ibd., hal. 256
[19]Sudarwan Hanif
Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.88
[20]Kartini
Kartono, Psikologi Sosial 2 Kenakalan Reamaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Perasada, 2006), hal.22
[21]Taufiqul Rohman
Dhohiriri, dkk. Problematika Keluarga, (Bandung: PT Indonesia, 2010),
hal. 19
[22]Lufi Mahfina, Usaha
Orang Tua dalam Mengantisipasi Kenakalan Remaja di Desa Tulus Rejo Kecamatan
Pekalongan Kabupaten Lmpung Timur, skripsi 2004
[23]Eka Agustina, Peranan
Guru Al-islam dalam Menanggulangi Peserta Didik di SMK Muhammadiyah 2 Metro, Skripsi
2016
[24] Lexy J, Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 6.
[25]Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1990), hal. 309.
[26]Margono , metode penelitian kualitatif, (Jakarta, Rineka Cipta, 1997), hal. 38.
[27] Sugiono, metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:
Alfa, Beta 2014), hal. 125.
[28] Djam’an Satori dan Aan
Komariah, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 103.
[29] Margono , metode penelitian kualitatif, hal. 36.
[30]Sutrisno Hadi, metode penelitian, aplikasi dan penerapan,(Jakarta:
PT. Rosdakarya, 2004), hal. 130.
[31] Sudarwan Danim, menjadi peneliti kualitatif, (Bandung :
CV.Pustaka Setia. 2002), hal.130
[32]Sugiono, metode Penelitian Pendidikan. hal.329.
[33] Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal.247.
[34]Ibid., 249.
[35]Ibid.,252.
[36]Mukhtar , Bimbingan skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah:
Panduan Berbasis Penelitian kualitatif Lapangan dan Perpustakaan, (Jambi:
Shultan Thaha Press, 2007), hal. 87-88.
[37] Lexy J. Moloeng, metodologi penelitian kualitatif,
(Bandung, Remaja Rosdakarya,2014) cet ke-
23 (edisi revisi), hal 330.
[38]Ibid., hal.331.
[39]Ibid., hal. 135.
[40]Moleong,metodologi penelitian kualitatif, hal.
134.