DOSEN PEMBIMBING
NOVA ELSYRA, S.Sos. M.A.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
SEKOLAH TINGGI ILMU
ADMINISTRASI (STIA)
SETIH SETIO MUARA BUNGO
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Aliran Infrormasi Dalam
Organisasi ini.
Makalah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga
makalah Aliran Infrormasi Dalam Organisasi ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Muara Bungo, Maret 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1
Latar Belakang...................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................. 1
1.3
Tujuan Penulisan................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 2
2.1
Aliran Komunikasi Dalam Organisasi................................... 2
2.2
Sifat Aliran Informasi........................................................... 2
2.3
Pola Aliran Informasi ........................................................... 4
2.4
Arah Aliran Informasi........................................................... 5
BAB III PENUTUP.............................................................................. 14
3.1
Kesimpulan............................................................................ 14
3.2
Saran...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 15
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Aliran informasi atau dikenal juga dengan distribusi
informasi, adalah proses dimana informasi yang tepat disampaikan pada orang
yang tepat, pada waktu yang diinginkan. Pendistribusian informasi dalam
organisasi adalah cara-cara untuk memperoleh informasi dan berbagi informasi
pada rekan kerja baik itu menggunakan metode-metode elektronik seperti situs
web kolaborasi, intranet, dan apabila cara-cara dengan teknologi tidak
dimungkinkan bisa jadi cara ini menggunakan arsip atau distribusi berkas secara
manual.
Aliran informasi dalam organisasi adalah perpindahan
informasi dalam struktur organisasi dan metodologi yang digunakan (saluran)
dalam memindahkan informasi ini terkait dengan budaya organisasi, proses,
waktu, dan pemaknaan sehingga informasi ini dianggap sebagai nilai,
pembelajaran, pengalaman, atau instruksi.
Distribusi informasi biasanya digunakan sebagai cara untuk
menjalankan rencana komunikasi dan merespon permintaan-permintaan (yang
seringkali tidak disangka) akan informasi tertentu
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Aliran Informasi dalam
Organisasi ?
2.
Bagaimana sifat Aliran Informasi dalam
Organisasi ?
3.
Bagaimana pola Aliran Informasi dalam Organisasi
?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Ingin Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Aliran
Informasi dalam Organisasi
2.
Ingin Mengetahui Bagaimana sifat Aliran
Informasi dalam Organisasi
3.
Ingin Mengetahui Bagaimana pola Aliran Informasi
dalam Organisasi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Aliran
Komunikasi Dalam Organisasi
1.
Adalah suatu proses dinamik dalam mana
pesan-pesan secara tetap dan berkesinambungan diciptakan, ditampilkan dan
dinterpretasikan yang hidup dan berkembang dalam sebuah organisasi.
2.
Aliran Komunikasi Organisasi berfungsi untuk
mengetahui bagaimana informasi itu terdistribusikan kepada anggota-anggota
organisasi, bagaimana pola-pola distribusinya dan bagaimana orang-orang
terlibat dalam proses penyebaran informasi itu dalam sebuah organisasi.
3.
Aliran Komunikasi Organisasi berpengaruh
terhadap efektifitas organisai baik dalam kaitannya dengan hubungan-hubungan
ataupun pula dalam pelaksanaan & pencapaian tujuan organisasi.
2.2 Sifat
Aliran Informasi
Guetzkow (1965) menyatakan bahwah aliran informasi dalam
suatu organisasi dapat terjadi dalam tiga cara: serentak, berurutan, atau
kombinasi dari kedua cara ini.
1.
Penyebaran
Pesan Secara Serentak
Sebagian besar dari komunikasi organisasi berlangsung dari
orang ke orang, atau diadik, hanya melibatkan sumber pesan dan penerima –yang
mengiterprestasikan pesan- sebagai tujuan akhir. Banyak organisasi yang
mengeluarkan terbitan khusus, berbentuk majalah atau selebaran yang diposkan
kepada semua anggota organisasi. Bila semua anggota departemen, fakultas, atau
bagian-bagian lain menerima suatu imformasi dalam waktu yang bersamaan, proses
ini disebut penyebaran pesan secara serentak.
Pemilihan teknik penyebaran yang berdasarkan pada waktu
(tiba secara serentak) memerlukan pemikiran metode penyebaran yang sedikit
berbeda dari yang biasa kita kerjakan. Di pihak lain, suatu pertemuan mungkin
merupakan cara untuk menyampaikan informasi kepada setiap anggota organisasi
pada saat yang sama; tetapi seperti yang dapat anda duga, tidak semua orang
dapat hadir karena pertemuan cukup jauh. Memo merupakan media tertulis
sedangkan pertemuan adalah bentuk lisan, atau suatu media tatap muka. Salah
satu dari kedua metode tersebut atau kedua-duanya mungkin melancarkan
penyebaran informasi secara serentak kepada sekelompok anggota organisasi;
salah saatu kedua-duanya mungkin pula tidak efektif.
Dengan berkembangnya media telekomunikasi, tugas
menyebarkan informasi kepada semua anggota secara serentak menjadi lebih
sederhana bagi sebagian organisasi. Dengan berkembangnya sistem kabel dan
telepon yang lebih canggih, dirangkaikan dengan video, semua organisasi dapat
berhubungan secara visual dan vokal antara satu dengan yang lainnya sambil
tetap berada di tempat kerja masing- masing. Penyebaran pesan secara serentak
mungkin suatu cara yang lebih umum, lebih efektif dan efisien daripada cara
lainnya untuk melancarkan aliran informasi dalam suatu organisasi.
2.
Penyebaran
Pesan Secara Berurutan
Haney (1962) mengemukakan bahwah ‘’penyampaian pesan
berurutan merupakan bentuk komunikasi yang utama, yang pasti terjadi dalam
organisasi’’ . penyebaran informasi berurutan meliputi perluasan bentuk
penyebaran diadik, jadi pesan disampaikan dari si A kepada si B kepada si C
kepada si D kepada si E dalam serangkaian transaksi dua orang; dalam hal ini
setiap individu kecuali orang ke 1 (sumber pesan), mula-mula
menginterpretasikan pesan yang diterimanya, dan kemudian meneruskan hasil
interpretasinya kepada orang berikutnya dalam rangkaian tersebut.
Penyebaran pesan berurutan memperlihatkan pola ”siapa
berbicara kepada siapa”. penyebaran tersebut mempunyai suatu pola sebagai salah
satu ciri terpentingnya, Bila pesan disebarkan secara berurutan, penyebaran
informasi berlangsung dalam waktu yang tidak beraturan, jadi infomasi tersebut
tiba ditempat yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula. Individu cenderung
menyadari adanya informasi pada waktu yang berlainan. karena adanya perbedaan
dalam menyadari informasi tersebut, mungkin timbul masalah dalam koordinasi.
Adanya keterlambatan dalam penyebaran informasi akan menyebabkan informasi itu
sulit digunakan untuk membuat keputusan karena ada orang yang belum memperoleh
informasi. Bila jumlah orang yang harus diberi informasi cukup banyak, proses
berurutan memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk menyampaikan informasi
kepada mereka.
2.3 Pola
Aliran Informasi
Katz dan Kahn (1966) menunjukan bahwa pola atau keadaan
urusan yang teratur mensyaratkan bahwa komunikasi di antara anggota sistem
tersebut di batasi. Sifat asal organisasi mengisyaratkan pembatasan mengenai
siapa yang berbicara kepad siapa. Burrges (1969) mengamati bahwa karakter
komunikasi yang ganjil dalam organisasi adalah bahwa ‘’pesan mengalir menjadi
amat teratur sehinggah kita dapat berbicara tenang jaringan atau struktur
komunikasi’’, ia juga menyatakan bahwa organisasi formal mengendalikan struktur
komunikasi dengan menggunakan sarana tertentu seperti penunjukan otoritas dan
hubungan-hubungan kerja, penetapan kantor, dan fungsi-fungsi komunikasi khusus.
Pola roda adalah
pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral.
Orang yang dalam posisi sentral menerima kontak dan infomasi yang disediakan
oleh anggota organisai lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan
persetujuan anggota lainnya. Pola lingkaran memungkinkan semua anggota
berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sestem pengulangan
pesan. Tidak seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan semua
anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung
terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan.
Pola lingkaran
–meliputi kombinasi orang-orang penyampai pesan cenderung lebih baik daripada
pola roda –yang mencakup aliran komunikasi yang amat terpusat – dalam
keseluruhan aksesibilas anggota antara yang satu dengan yang lainnya, moral
atau kepuasan terhadap prosesnya, jumlah pesan yang dikirimkan, dan kemampuan
beradaptasi dengan perubahan –perubahan dalam tugas; di pihak lain, pola roda
memungkinkan pengawasan yang lebih baik atas aliran pesan, kemunculan seorang
pemimpin bisa lebih cepat dan organisasi lebih stabil, menunjukan kecermatan
tinggi dalam pemecahan masalah, cepat dalammemecakan masalah, tetapi terlihat
cenderung mengalami kelebihan beban pesan dan pekerjaan.
Burgess (1969) mengamati bahwa sebagai upaya untuk memecahkan
masalah dalam eksperimen-eksperimen, para anggota kelompok harus ‘’belajar
bagaimana menangani peralatan eksperimen dengan benar dan efesien; dan bagai
mana mengefisienkan pengiriman pesan kepada satu atau beberapa posisi yang
dihubungkan dengan pesan-pesan tersebut”.
Ada 6 (enam) peranan jaringan
komunikasi yaitu :
1.
Opinion Leader, adalah pimpinan informal dalam
organisasi.
2.
Gate keepers, adalah individu yang mengontrol
arus informasi di antara anggota organisasi.
3.
Cosmopolites, adalah individu yang menghubungkan
organisasi dengan lingkungannya.
4.
Bridge, adalah anggota kelompok atau klik dalam
satu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok
lainnya.
5.
Liasion, adalah sama peranannya dengan bridge
tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia
merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
6.
Isolate, adalah organisasi yang mempunyai kontak
minimal dengan orang lain dalam organisasi.
2.4 Arah
Aliran Informasi
1.
Komunikasi Kebawah
Komunikasi kebawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang
berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak
dari manajemen kepada para pegawai; namun, dalam organisasi kebanyakan hubungan
ada pada kelompok manajemen (Davis, 1967).
Ada lima (5) jenis informasi yang biasa dikomunikasikan
dari atasan kepada bawahan (Katz & Khan, 1966) :
1.
Informasi mengenai bagaimana melakukan
pekerjaan,
2.
Informasi mengenai dasar pemikiran untuk
melakukan pekerjaan,
3.
Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik
organisasi,
4.
Informasi mengenai kinerja pegawai
5.
Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki
tugas.
Pemilihan Metode dan Media
Level (1972) mensurvei para penyedia dan meminta mereka
untuk menilai keefektifan kombinasi-kombinasi yang berbeda dari metode-metode
untuk berbagai jenis situasi komunikasi yang berlainan. Ada empat metode
sebagai berikut (1) tulisan saja, (2) lisan saja,(3) tulisan di ikuti lisan,
dan (4) lisan di tulisan.
Ada enam kriteria yang sering digunakan untuk memilih
metode penyampaian informasi kepada pegawai (level dan galle, 1988).
1.
Ketersediaan. Metode-metode yang tersedia dalam
organisasi cenderung dipergunakan. Setelah menginventarisasikan metode yang
tersedia, organisasi dapat memutuskan metode apa yang dapat di tambahkan untuk
suatu program keseluruan yang lebih efektif.
2.
Biaya. Metode yang dinilai paling murah
cenderung dipilih untuk penyebaran informasi rutin dan yang tidak mendesak.
Bila diperlukan atau diinginkan penyebaran informasi yang tidak rutin dan
mendesak, metode yang lebih mahal tetapi lebih cepat dapat digunakan.
3.
Pengaruh. Metode yang tampaknya memberi pengaruh
atau kesan paling besar sering dipilih daripada metode yang baku.
4.
Relevansi. Metode yang tampak paling relevan
dengan tujuan yang ingin dicapai akan lebih sering dipilih. Bila tujuannya
singkat dan sekedar menyampaikan informasi, dapat dilakukan dengan pembicaraan
diikuti oleh memo. Bila tujuannya menyampaikan masalah yang rinciannya rumit,
metode laporan teknis tertulis adalah metode yang mungkin akan dipilih.
5.
Respons. Metode yang dipilih akan dipengaruhi
oleh ketentuan apakah dikehendaki atau diperlukan respons khusus terhadap
infomasi tersebut.
6.
Keahlian. Metode yang tampaknya sesuai dengan
kemampuan pengirim untuk menggunakannya dan dengan kemampuan penerima untuk
memahaminya cenderung digunakan daripada metode yang tampaknya di luar
kemampuan komunikator atau di luar kemampuan pemahaman pegawai yang
menerimanya.
2.
Komunikasi ke Atas
Komunikasi
ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat
yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).
Komunikasi
ke atas penting karena beberapa alasan.
1.
Aliran informasi ke atas memberi onformasi
berharga untuk pembuatan kepusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan
mengawasi kegiatan orng-orang lainnya (Sharma,1979).
2.
Komunikasi ke atas memberitahukan kepada
penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa
baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka (Planty & Machaver,
1952).
3.
Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong
omelan dan keluh kesah muncul kepermukaan sehingga penyelia tahu apa yang
mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya (Conboy,
1976).
4.
Komunikasi ke atas menumbuhkan aspresiasi dan
loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk
mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi
organisasi (Planty & Machaver, 1952).
5.
Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk
menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke
bawah (Planty & Machaver, 1952).
6.
Komunikasi keatas membantu pegawai mengatasi
masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan
mereka dan dengan organisasi tersebut (Harriman, 1974).
Sharma (1979) mengemukakan empat alasan mengapa komunikasi
keatas terlihat amat sulit:
1.
Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan
pikiran mereka.
2.
Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak
tertarik kepada masalah pegawai.
3.
Kurangnya penghargaan bagi komunikasi keatas
yang dilakukan pegawai.
4.
Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak dapat
dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.
Planty dan Machaver (1952) mengemukakan tujuh prinsip
sebagai pedoman komunikasi ke atas.
1.
Harus direncanakan.
2.
Berlangsung secara berkesinambungan.
3.
Menggunakan saluran rutin.
4.
Menitikberatkan kepekaan dan penerimaan dalam
pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah.
5.
Mencakup mendengarkan secara objektif.
6.
Mencakup tindakan untuk menanggapi masalah.
7.
Menggunakan berbagai media dan metode untuk
meningkatkan aliran informasi.
3.
Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal, yaitu Informasi yang bergerak di
antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya.
Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan
sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang
ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai
atasan yang sama.
Tujuan komunikasi horizontal :
1.
Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja.
2.
Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan.
3.
Untuk memecahkan masalah.
4.
Untuk memperoleh pemahaman bersama.
5.
Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi
perbedaan.
6.
Untuk menumbuhkan dukungan antarpersona.
Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup
semua jenis kontak antarpersona. Bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis
cenderung menjadi lebih lazim. Komunikasi horizontal paling sering terjadi
dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di
telepon, memo dan catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kualitas. Lingkaran
kualitas adalah sebuah kelompok pekerja sukarela yang berbagi wilayah tanggung
jawab. Yang penting kelompok ini adalah kelompok kerja biasa yang membuat atau
memperbaiki suatu produk. Lingkaran kualitas umumnya diberi tanggung jawab
penuh untuk mengenali dan memecahkan masalah (Yager, 1980).
Saluran ini memungkinkan individu-individu mengoordinasikan
tugas-tugas, membagi informasi, memecakan masalah, dan menyelesaikan konflik.
Komunikasi horizontal dilakukan melalui kontak pribadi,telepon, email, memo,
voice mail, dan rapat.
Untuk meningkatkan komunikasi horizontal, perusahaan (1) melatih
karyawan dalam kerjasama tim dan tekhnik komunikasi, (2) membangun sistem
penghargaan berbasis pencapaian tim alih-alih pecapai individu, dan (3)
mendorong partisipasi penuh dalam fungsi-fungsi tim.
4.
Komunikasi Lintas-Saluran
Komunikasi lintas saluran, adalah informasi yang bergerak
di antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang tidak menjadi atasan ataupun
bawahan satu dengan yang lainnya. Mereka menempat bagian fungsional yang
berbeda.
Spesialis staf (staff specialists) biasanya paling efektif
dalam komunikasi lintas-saluran karena biasanya tanggung jawab mereka muncul di
beberapa rantai otoritas perintah dan jaringan yang berhubungan dengan jabatan.
Fayol (1916-1940) menunjukkan bahwa komunikasi
lintas-saluran merupakan hal yang pantas, bahwa perlu pada suatu saat, terutama
bagi pegawai tingkat lebih rendah dalam suatu saluran.
Pentingnya komunikasi lintas-saluran dalam organisasi
mendorong Keith Davis (1967) untuk menyatakan bahwa penerapan tiga prinsip
berikut akan memperkokoh peranan komunikasi spesialis staf:
1.
Spesialis staf harus dilatih dalam keahlian
berkomunikasi.
2.
Spesialis staf perlu menyadari pentingnya
peranan komunikasi mereka.
3.
Manajemen harus menyadari peranan spesialis staf
dan lebih banyak lagi memanfaatkan peranan tersebut dalam komunikasi
organisasi.
5.
Komunikasi Informal, Pribadi, Atau Selentingan
Dalam istilah komunikasi, selentingan digambarkan sebagai
‘’metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat
diperoleh melalui saluran biasa’’ (Stein, 1967). Komunikasi informal cenderung
mengandung laporan ‘’rahasia’’ tentang orang-orang dan peristiwa yang tidak
mengalir melalui saluran perusahaan yang formal. Informasi yang diperoleh
melalui selentingan lebih memperhatikan ‘’apa yang dikatakan atau didengar oleh
seseorang’’ daripada apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan. Paling tidak
sumbernya terlihat ‘’rahasia’’ meskipun informasi itu sendiri bukan rahasia.
Sifat-Sifat Selentingan
Meskipun penelitian tentang sifat-sifat selentingan tidak
ekstensif, sifat-sifat selentingan cukup lengkap seperti digambarkan berikut
ini (W. L. Davis dan O’Connor, 1977):
1.
Selentingan berjalan terutama melalau interaksi
mulut ke mulut.
2.
Selentingan umumnya bebas dari kendala-kendala
organisasi dan posisi.
3.
Selentingan meyebarkan informasi dengan cepat.
4.
Jaringan kerja selentingan digambarkan sebagai
suatu ‘’rantai kelompok’’ karena setiap orang menyampaikan selentingan cendrung
mengabarkannya kepada sekelompok orang daripada hanya kepada satu orang saja.
5.
Para peserta dalam jaringan kerja selentingan
cendrung menjalankan satu dari tiga peranan berukut: penghubung, penyendiri,
atau pengakhir (dead-enders) -mereka yang biasanya tidak melanjutkan informasi.
6.
Selentingan cenderung lebih merupakan produk
suatu situasi daripada produk orang-orang dalam organisasi tersebut.
7.
Semakin cepat seseorang mengetahui suatu
peristiwa yang baru saja terjadi, semakin besar kemungkinan ia menceritakannya
kepada orang-orang lainnya.
8.
Bila suatu informasi yang disampaikan pada
seseorang menyangkut sesuatu yang menarik perhatiannya, semakin besar
kemungkinan ia menyampaikan informasi tersebut kepad orang-orang lainnya.
9.
Aliran utama informasi dalam selentingan
cenderung terjadi dalam kelompok-kelompok fungsional daripada antara
kelompok-kelompok tersebut.
10. Umumnya,
75% - 90% dari rincian pesan yang di sampaikan oleh selentingan adalah cermat;
namun, seperti dikemukakan Keith Davis (1967) ‘’orang-orang cenderung
beranggapan bahwa selentingan kurang cermat daripada yang sebenarnya, karena
kesalahan-kesalahannya lebih dramatik dan akibatnya lebih bekesan dalam ingatan
daripada kecermatan rutin seha-harinya. Selanjutnya, bagian-bagian yang kurang
cermat seringkali lebih penting’’.
11. Informasi
selentingan biasanya tidak lengkap, menghasilkan kesalahan interpretasi bahkan
bila rinciannya cermat.
12. Selentingan
cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan atau keburukan; jadi
pemahaman mengenai selentingan dan bagaimana selentingan ini dapat memberi
andil positif kepada organisasi merupakan hal yang penting.
Jumlah dan akibat pesan yang mengganggu, yang berlangsung
melalui selentingan, dapat dikendalikan dengan menjaga saluran komunikasi
formal tetap terbuka, yang memberi kesempatan berlangsungnya komunikasi ke
atas, ke bawah, horizontal, dan lintas- saluran yang terus terang, cermat, dan
sensitive. Hubungan penyelia-bawahan yang efektif nampaknya penting untuk
mengendalikan informasi selentingan. Penyelia dan menajer harus memberitahu
pegawai bahwa mereka mengerti dan menerima informasi melalui seletingan
tersebut, terutama bila hal itu mengungkapkan sesuatu yang menyangkut perasaan
pegawai, bahkan bila informasinya tidak lengkap dan tidak selalu cemat.
Di beberapa organisasi atau perusahaan yang masih memegang
budaya timur, tentu saja para bawahan masih segan atau sungkan untuk
menyampaikan keberatan-keberatan mereka terhadap kebijaksanaan organisasi
kepada atasan mereka. Pelampiasannya melalui komunikasi antar anggota-anggota organisasi
dalam bentuk informal yaitu selentingan ini.
Cara penanganan terhadap informasi yang mengalir tentu saja
berbeda-beda bagi tiap-tiap organisasi. Tetapi untuk hal ini mungkin bisa saja
dijadikan sebagai contoh penanganan suatu masalan dalam organisasi. Jadi
penting bagl para manajer atau penyelia memahami dan membantu agar selentingan
bermanfaat bagi organisasi. Informasi yang sifatnya negatif belum tentu
menghasilkan hal yang negatif juga. Itu tergantung bagaimana kita menangani dan
menyikapi hal negatif tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selentingan merupakan
saluran alternative kedua yang paling sering dipergunakan dalam komunikasi
organisasional. (Saluran yang paling sering digunakan adalah saluran langsung
pegawai-atasan). Sebagai sumber informasi, selentingan berada di urutan kedua
dari bawahan dari segi dapat dipercaya dan dikehendaki. Jadi, selentingan
dianggap penting oleh pegawai, tetapi tidak selalu sebagai saluran komunikasi
yang lebih disukai dalam organisasi.
Cara Menanggapi Selentingan
1.
Jagalah saluran komunikasi formal tetap terbuka
yang memberi kesempatan berlangsungnya komunikasi ke atas, ke bawah, horisontal
dan lintas saluran yang terus terang, cermat, dan sensitif.
2.
Efektifkan hubungan komunikasi antara atasan
denga bawahan.
3.
Sampaikan bahwa atasan mengerti dan menerima
informasi melalui selentingan tersebut (khususnya yg menyangkut perasaan
karyawan)
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Aliran Komunikasi Organisasi berpengaruh
terhadap efektifitas organisai baik dalam kaitannya dengan hubungan-hubungan
ataupun pula dalam pelaksanaan & pencapaian tujuan organisasi.
2.
Aliran informasi atau dikenal juga dengan
distribusi informasi, adalah proses dimana informasi yang tepat disampaikan
pada orang yang tepat, pada waktu yang diinginkan. Pendistribusian informasi
dalam organisasi adalah cara-cara untuk memperoleh informasi dan berbagi
informasi pada rekan kerja baik itu menggunakan metode-metode elektronik
seperti situs web kolaborasi, intranet, dan apabila cara-cara dengan teknologi
tidak dimungkinkan bisa jadi cara ini menggunakan arsip atau distribusi berkas
secara manual.
3.
Sifat Aliran Informasi
1. Penyebaran Pesan Secara Serentak
2. Penyebaran Pesan Secara Berurutan
4.
Arah Aliran Informasi
1. Komunikasi Kebawah
2. Komunikasi ke Atas
3. Komunikasi Horizontal
4. Komunikasi Lintas-Saluran
5. Komunikasi Informal, Pribadi, Atau
Selentingan
DAFTAR
PUSTAKA
Robbin,
Stephen P., Teori Organisasi : Struktur, Disain dan Aplikasinya, Jakarta : Arecan.
Lubis,
S.B. Hari dan Martani Huseini (2009). Pengantar Teori Organisasi: Suatu
Pendekatan Makro. Jakarta: Departemen Ilmu Administrasi, FISIP UI. Bab 5.994