MAKALAH PASCA ORDE BARU

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadiran Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Akhir Orde Baru dan Lahirnya Reformasi ” ini dengan baik.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran . Tidak lupa kami  mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, maka kami selaku penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Kami akan terima dan sambut dengan kerendahan hati. Atas saran dan kritiknya kami sampaikan terima kasih.


Muara Bungo      Februari 2017
Hormat Kami,

Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Orde baru berkuasa selama 32 tahun, hal ini tentu bukan waktu yang pendek. Lamanya kekuasaan yang dipegang mengakibatkan banyak terjadi penyelewengan. Antara lain munculnya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tahukah kamu bagaimana sikap masyarakat menghadapi hal ini. Anak-anak, bagaimanakah seandainya mesin pompa air dinyalakan terus sedangkan kran air tidak dibuka? Hal itu tentunya mesin air tersebut akan panas dan ketika dibuka akan terasa air meledak ke segala arah. Begitu juga Negara Republik Indonesia tercinta ini ketika di bawah pemerintahan Orde Baru yang sangat lama memerintah. Maka masalah-masalah bangsa ini dari yang ringan hingga yang berat bertahun-tahun yang belum teratasi akhirnya menimbulkan kekecewaan masyarakat. Puncak kekecewaan itu dilampiaskan dalam suatu aksi demonstrasi untuk menumbangkan kekuasaan Orde Baru. Suatu kekuatan tersebut dimotori oleh para mahasiswa yang menginginkan suatu perubahan atau reformasi di bidang politik, ekonomi dan hukum. Bagaimana peristiwa berakhirnya Orde Baru dan lahirnya Reformasi tersebut akan kita pelajari dalam bab ini. Dengan mempelajari bab ini tentunya kita akan dapat memahami peran para pelajar ataupun mahasiswa pada masa lalu dalam menegakkan keadilan. Dengan demikian para pelajar merupakan bagian penting dari elemen bangsa dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana peristiwa berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasi?
2.      Apa saja peristiwa penting dari berakhinya orde baru dan lahirnya reformasi?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Ingin Mengetahui Bagaimana peristiwa berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasi
2.      Ingin Mengetahui Apa saja peristiwa penting dari berakhinya orde baru dan lahirnya reformasi

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kondisi kehidupan bangsa di akhir Orba
Krisis moneter yang dialami bangsa Indonesia pada masa Orde Lama, akhirnya terjadi juga diakhir-akhir pemerintahan Orde Baru. Hal itu memicu berbagai demonstrasi menuntut perbaikan ekonomi dari berbagai pihak. Lebih dari itu, krisis moneter tersebut menjalar ke krisis lainnya sehingga disebut krisis multidimensional.
Krisis moneter di Indonesia diawali dengan krisis di Thailand dahulu pada awal Juli 1997. Akibatnya, nilai tukar rupiah merosot, pengangguran meningkat, kelangkaan bahan pokok. Belum lagi harga BBM yang dinaikkan.  Hal tersebut memunculkan ketidak puasan rakyat. Di pelopori golongan mahasiswa, terjadilah demo di berbagai kota Indonesia.
Pada awal tahun 1997, menjelang pemilu, telah terjadi banyak demonstrasi menuntut Soeharto lengser. Namun, hal itu tidak digubris oleh para elite politik yang duduk di MPR. Akibatnya, 1998, lebih dari 500 mahasiswa menggelar aksi keprihatinan di kampus ITB, aksi ini kemudian menjalar pada gerakan mahasiswa nasional. Mereka menuntut hapuskan 3 hal : turunkan harga kebutuhan pokok, hapuskan KKN, dan suksesi kepemimpinan nasional.
Puncak kemarahan mahasiswa terjadi ketika Soeharto dilantik kembali menjadi presiden indonesia periode 1998-2003. Apalagi ditambah tampilnya keluarga dan kroninya dalam pemerintahan. Aksi mahasiswa semakin gencar dan brutal. Tuntutan turunkan harga kemudian turunkan Soeharto. Inilah yang disebut era reformasi.

B.     Ketidak puasan rakyat terhadap Orba
a.              Dominasi Golkar dalam perpolitikan nasional
Saat itu pemilu tidak terasa seperti pesta demokrasi. Sebanyak 6 kali pemilu di Orde Baru, hanya pemilu pertama yang terdiri dari 10 partai, selanjutnya hanya tiga partai penguasa. Semua pemilu di Orde Baru, kesemuanya di menangkan oleh Golkar. Hal itu karena semua elemen pemerintah di wajibkan memilih Golkar dalam pemilu. Bahkan tahun 1997 Golkar memperoleh suara yang sangat mutlak.
a.              Tidak meratanya pembangunan
Pembangunan Indonesia hanya terpusat di Pulau Jawa. Luar Jawa masih teringgal, padahal daerah diluar Jawa banyak menyumbang devisa cukup besar. Selain itu, pembangunan hanya dirasakan golongan yang dekat dengan kekuasaan.
b.              Rapuhnya sistem kekuasaan
Orde Baru yang berkembang adalah sentralistrik militeristik. Hal ini berarti pemerintahan berpusat pada 1 kekuasaan, presiden. Sebab inilah potensi daerah cenderung diabaikan.

C.    Mundurnya Presiden Soeharto
a.              Demonstrasi mahasiswa
Desakan atas pelaksanaan  reformasi dalam kehidupan Nasional dilakukan oleh mahasiswa dan kelompok proreformasi. Di Universitas Jayabaya terjadi demo yang berakhir bentrok tanggal 7 Mei 1998. Sehari kemudian di UGM terjadi bentrok dengan aparat sehingga menewaskan mahasiswa bernama Mozes Gatotkaca.
b.              Peristiwa trisakti
tuntutan mundurnya Soeharto semakin gencar disuarakan di berbagai daerah, pada tanggal 12 Mei 1998, 4 mahasiswa trisakti tewas tertembak saat demonstrasi. Mereka adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hertanto, Hendriawan, dan Hafidi Royan. Peristiwa ini mengundang simpati tokoh reformasi dan mahasiswa.
c.              Kerusuhan Mei 1998
Akibat peristiwa Trisakti tanggal 13 Mei 1998 terjadi demokrasi yang lebih besar. Kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran terjadi di Jakarta dan Solo. 14 Mei, mahasiswa menguasai gedung DPR/MPR. Akibatnya, ketua DPR/MPR Harmoko meminta presiden segera memundurkan diri. Soeharto berjanji akan mempercepat pemilu
d.             Lengsernya Presiden Soeharto
Pada dini hari tanggal 21 Mei 1998, Amien Rais selaku ketua pengurus pusat Muhamadiyah mengatakan “ selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru”. Akhirnya pukul 09.00 WIB, tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto membacakan pernyataan pengunduran dirinya sebagai presiden. Dan diganti oleh wakil presiden B.J. Habibie. Pada saat itu juga B.J Habibie diambil sumpahnya.

D.    Kondisi Indonesia pasca Orde Baru
Kondisi yang tidak teratur itulah yang terjadi. Reformasi terus didengungkan membuat masyarakat anarkhis. Kebebasan dalam pemberontakan telah membuat masyarakat kebablasan. Aksi melawan hukum marak terjadi sebagai pelampiasan rasa kecewa pada Orde Baru. Krisis ekonomi ditambah krisis moral menjadi masalah utama pemerintahan era reformasi

E.     Alasan Soeharto berkuasa selama 32 tahun
Dari tabel diatas kita tahu di orde baru Golkar selalu menang dalam pemilu.
Karena dulu presiden dipilih oleh MPR dan MPR didominisasi oleh partai Golkar sebagai pemenang pemilu yang merupakan partai Presiden Soeharto sendiri. Maka terpilihlah Soeharto

F.     Peristiwa-Peristiwa Politik Penting Pada Masa Orde Baru
1.      Tritura (Tri Tuntutan Rakyat)
Aksi yang dilakukan oleh Gerakan 30 September segera diketahui oleh masyarakat bahwa PKI terlibat di dalamnya. Oleh karena itu berbagai elemen masyarakat melakukan demonstrasi-demonstrasi menuntut kepada pemerintah untuk membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya. Akan tetapi pemerintah tidak segera mengambil tindakan yang tegas terhadap PKI yang telah melakukan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara. Apalagi kondisi ekonomi yang memburuk, harga-harga membumbung tinggi sehingga menambah penderitaan rakyat. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya kesatuan-kesatuan aksi. Pada tanggal 25 Oktober 1965 terbentuklah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Selanjutnya diikuti oleh kesatuan- kesatuan aksi yang lain, misalnya Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI). Ketika gelombang demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI semakin keras pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Oleh karena itu pada tanggal 10 Januari 1966 KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila mendatangi DPR- GR menuntut Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat yang terkenal dengan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Adapun Tri Tuntutan Rakyat itu adalah sebagai berikut.
a.       Pembubaran PKI.
b.      Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G 30 S / PKI.
c.       Penurunan harga/perbaikan ekonomi.
Ketiga tuntutan di atas menginginkan perubahan di bidang politik, yakni pembubaran PKI beserta ormasormasnya dan pembersihan kabinet dari unsur G30 S /PKI. Selain itu juga keinginan adanya perubahan ekonomi yakni penurunan harga.

2.      Surat Perintah Sebelas Maret
Aksi untuk menentang terhadap G 30 S /PKI semakin meluas menyebabkan pemerintah merasa tertekan. Oleh karena itu setelah melakukan pembicaraan dengan beberapa anggota kabinet dan perwira ABRI di istana Bogor pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Sukarno akhirnya menyetujui memberikan perintah kepada Letnan Jenderal Suharto sebagai Panglima Angkatan Darat dan
Pangkopkamtib untuk memulihkan keadaan dan wibawa pemerintah. Surat mandat ini terkenal dengan nama Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar).

3.      Sidang Umum MPRS
Sidang Umum IV MPRS yang diselenggarakan pada tanggal 17 Juni 1966 telah menghasilkan beberapa ketetapan yang dapat memperkokoh tegaknya Orde Baru antara lain sebagai berikut.
1)      Ketetapan MPRS No. IX tentang Pengukuhan Surat Perintah Sebelas Maret.
2)      Ketetapan MPRS No. XXV tentang Pembubaran PKI dan ormasormasnya serta larangan penyebaran ajaran Marxisme- Komunisme di Indonesia.
3)      Ketetapan MPRS No. XXIII tentang Pembaruan Landasan Kebijakan Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan.
4)      Ketetapan MPRS No. XIII tentang Pembentukan Kabinet Ampera yang ditugaskan kepada Pengemban Tap MPRS No. IX.
4.      Nawaksara
MPRS meminta pertanggungjawaban terhadap Presiden Sukarno dalam Sidang Umum MPRS 1966 atas terjadinya pemberontakan G30 S/ PKI, kemerosotan ekonomi dan moral. Untuk memenuhi permintaan MPRS tersebut maka Presiden Sukarno menyampaikan amanatnya pada tanggal 22 Juni 1966 yang berjudul Nawaksara (sembilan pasal). Amanat tersebut oleh MPRS dipandang tidak memenuhi harapan rakyat karena tidak memuat secara jelas kebijaksanaan Presiden/Mandataris MPRS mengenai peristiwa G 30 S /PKI serta kemerosotan ekonomi dan moral. Oleh karena itu MPRS meminta kepada Presiden untuk melengkapi Nawaksara tersebut. Pada tanggal 10 Januari 1967 Presiden Soekarno memberikan pelengkap Nawaksara. Akan tetapi isinya juga tidak memuaskan banyak pihak. Oleh karena itu DPRGR mengajukan resolusi dan memorandum tanggal 9 Februari 1967 menolak Nawaksara berikut pelengkapnya. Selanjutnya DPR- GR mengusulkan kepada MPRS agar mengadakan Sidang Istimewa untuk memberhentikan Presiden Soekarno dari jabatan Presiden/Mandataris MPRS dan mengangkat Pejabat Presiden.
Pada tanggal 22 Februari 1967 Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada pengemban Ketetapan MPRS No. IX, Jenderal Soeharto. Peristiwa penyerahan kekuasaan yang dilakukan atas prakarsa Presiden Soekarno ini merupakan peristiwa penting dalam  upaya mengatasi situasi konflik pada waktu itu. Penyerahan kekuasaan ini ternyata mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat umum dan ABRI.
5.      Politik Luar Negeri
Politik luar negeri Indonesia pada masa yang condong kepada salah satu blok pada masa Demokrasi Terpimpin merupakan pengalaman pahit bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu Orde Baru bertekad untuk untuk mengoreksi bentuk-bentuk penyelewengan politik luar negeri Indonesia pada masa Orde Lama. Politik luar negeri yang memihak kepada salah satu blok dinyatakan salah oleh MPRS (kemudian MPR). Indonesia harus kembali ke politik luar negeri yang bebas dan aktif serta tidak memencilkan diri. Sebagai landasan kebijakan politik luar negeri Orde Baru telah ditetapkan dalam Tap No. XII/ MPRS / 1966. Menurut rumusan yang telah ditetapkan MPRS, maka jelaslah bahwa politik luar negeri RI secara keseluruhan mengabdikan diri kepada kepentingan nasional. Sesuai dengan kepentingan nasional, maka politik luar negeri RI yang bebas dan aktif tidak dibenarkan memihak kepada salah satu blok ideologi yang ada. Namun bukanlah politik yang netral, tetapi suatu politik luar negeri yang tidak mengikat diri pada salah satu blok ataupun pakta militer. Sebagai wujud dari pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif pada masa Orde Baru melakukan langkah- langkah sebagai berikut.

1)        Menghentikan politik konfrontasi dengan Malaysia setelah ditandatanganinya persetujuan untuk menormalisasi hubungan bilateral Indonesia-Malaysia pada tanggal 11 Agustus 1966. Selanjutnya sejak 31 Agustus 1967 kedua pemerintah telah membuka hubungan diplomatik pada tingkat Kedutaan Besar.
2)        Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 28 September 1966 setelah meniggalkan PBB sejak 1 Januari 1965. Sebab selama menjadi anggota badan dunia, yakni sejak 1950-1964, Indonesia telah menarik banyak manfaatnya.
3)        Indonesia ikut memprakarsai terbentuknya sebuah organisasi kerja sama regional di kawasan Asia Tenggara yang disebut Association of South East Asian Nations (ASEAN) pada tanggal 8 Agustus 1967.

6.      Pemilihan Umum
Pemilihan Umum pada masa Orde Baru pertama kali dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971. Pemilu pada waktu itu berbeda dengan pemilu tahun 1955 karena telah menggunakan sistem distrik bukan sistem proporsional. Dalam sistim distrik ini partai-partai harus memperebutkan perwakilan yang disediakan untuk sesuatu daerah. Suara yang terkumpul di suatu daerah tidak dapat dijumlahkan dengan suatu partai itu yang terkumpul di daerah lain. Pemilu tahun 1977 diikuti oleh 10 kontestan, yakni PKRI, NU, Parmusi, Parkindo, Murba, PNI, Perti, IPKI, dan Golkar. Dalam pemilu kali ini dimenangkan oleh Golkar. Pemilu berikutnya dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1977 yang kali ini diikuti oleh 3 organisasi peserta pemilu, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Selanjutnya pemilu-pemilu di Indonesia selama Orde Baru selalu dimenangkan oleh Golongan Karya.

7.      Sidang MPR Tahun 1973
Dengan Pemilu I 1971, maka untuk pertama kali RI mempunyai MPR tetap, yakni bukan MPRS. Pimpinan MPR dan DPR hasil Pemilu I adalah Idham Chalid. Selanjutnya MPR ini mengadakan sidang pada bulan Maret 1973 yang menghasilkan beberapa keputusan di antaranya sebagai berikut.
1)      Tap IV /MPR /73 tentang Garis- garid Besar Haluan Negara sebagai pengganti Manipol.
2)      Tap IX /MPR /73 tentang pemilihan Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI.
3)      Tap XI /MPR /73 tentang pemilihan Sri Sultan Hamengkubuwana IX sebagai Wakil Presiden RI.
Dengan demikian RI telah memiliki Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan amanat UUD 1945.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Demikianlah makalah yang kami susun ini. Semoga apa yang telah kami telah susun ini dapat berguna selanjutnya untuk membantu baik untuk peningkatan nilai maupun untuk membantu proses belajar mengajar.Sekali lagi kami meminta maaf apabila dari keseluruhan isi makalah yang kami susun ini terdapat beberapa kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu kesediaan teman-teman,bapak/ ibu guru, atau para pembaca untuk memberikan sumbangsih saran dan kritik.
Sekian dan Terima Kasih.
                                                     

DAFTAR PUSTAKA

http://iwanttohappierever.blogspot.co.id/2014/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://pensa-sb.info/orde-baru-dan-reformasi/
http://faisalhajoran.blogspot.co.id/2015/03/jatuhnya-orde-baru-dan-lahirnya-orde.html

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »