RUANGAN PERINSTOLOGI
DI R.S.U.D H. HANAFIE
MUARA BUNGO
AKADEMI KEBIDANAN
AMANAH
PROGRAM KHUSUS
(PROGSUS)
MUARA BUNGO
T.A 2012/3013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Latar belakang dari
pembuatana makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah dan sebagai wawasan
bagi kami didalam melakukan deteksi dini pada ibu hamil dengan hiperemesis,
sekaligus mendeteksi dini adanya komplikasi serta penyulit yang kemungkinan
terjadi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.
B.
Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai sarana pembelajaran bagi kami agar lebih memahami konsep pembelajaran
asuhan yang diberikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas, dengan
cara di atas diharapkan kita sebagai seorang perawat dapat memberikan
penatalaksanaan secara dini terhadap komplikasi dan penyulit tersebut.
C. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas makalah ini,
terdiri dari :
·
Bab
I : Pendahuluan
·
Bab
II : Landasan teori
·
Bab
III : Asuhan Keperawatan
·
Bab
IV : Kesimpulan dan Saran
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk
karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul
setiap saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah
nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga
menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD,
Hal:232)
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112)
A.
Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui
secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998)
·
Umumnya
terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG
·
Faktor
organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak
ibu terhadap perubahan – perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan
salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
·
Faktor
ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil
atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
·
Faktor
endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.
B.
Patologi
Pada otopsi wanita meninggal karena
Hiperemesis gravidarum diperoleh
keterangan bahwa terjadinya kelainan pada organ-organ tubuh adalah sebagai
berikut :
·
Hepar : pada tingkat ringan hanya ditemukan
degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis
·
Jantung
: jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai
perdarahan sub-endokardial
·
Otak
: terdapat bercak-bercak perdarahan otak dan kelainan seperti pada ensepalopati
wirnicke
·
Ginjal
: ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli
kontorti
C.
Patofisiologi
Perasaan mual adalah
akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I.
bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga
caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu
dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan
lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
D.
Tanda dan gejala
Batas mual dan muntah berapa banyak yang
disebut Hiperemesis gravidarum tidak ada
kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan
tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
·
Tingkatan
I (ringan)
1.
Mual
muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
2.
Ibu
merasa lemah
3.
Nafsu
makan tidak ada
4.
Berat
badan menurun
5.
Merasa
nyeri pada epigastrium
6.
Nadi
meningkat sekitar 100 per menit
7.
Tekanan
darah menurun
8.
Turgor
kulit berkurang
9.
Lidah
mengering
10.
Mata
cekung
•
Tingkatan
II (sendang)
1.
Penderita
tampak lebih lemah dan apatis
2.
Turgor
kulit mulai jelek
3.
Lidah
mengering dan tampak kotor
4.
Nadi
kecil dan cepat
5.
Suhu
badan naik (dehidrasi)
6.
Mata
mulai ikterik
7.
Berat
badan turun dan mata cekung
8.
Tensi
turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
9.
Aseton
tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria
•
Tingkatan
III (berat)
1.
Keadaan
umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
2.
Dehidrasi
hebat
3.
Nadi
kecil, cepat dan halus
4.
Suhu
badan meningkat dan tensi turun
5.
Terjadi
komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati wernicke
dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
6.
Timbul
ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
F. Pemeriksaan
Ketika seorang wanita dating dengan keluhan mual dan muntah , riwayat
berikut harus dikaji untuk membantu membedakan antara mual dan muntah akibat
kehamulan atau kondisi patologis ini.
1. Riwayat
1.
Frekuensi
muntah
2.
Hubungan
muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah )
3.
Riwayat
pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu pemberian, dan
reaksinya)
4.
Riwayat
pengobatan ( termasuk reaksi obat)
5.
Riwayat
gangguan makan
6.
Riwayat
diabetes
7.
Pembedahan
abdomen sebelumnya.
8.
Frekuensi
istirahat
9.
Kecemasan
dalam kehamilan
10. Dukungan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
1.
Berat
badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)
2.
Suhu
badan , denyut nadi, dan pernafasan
3.
Turgor
kulit
4.
Kelembapan
membrane mukosa
5.
Kondisi
lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)
6.
Palpasi
abdomen untuk melihat pembesaran organ , dan nyeri tekan.
7.
Pengkajian
pertumbuhan janin.
3. Laboratorium
1.
Pemeriksaan
keton dalam urine
2.
Urinalis
4. Pengkajian
Kondisi yang mengindikasikan bahwa
wanita mengalami dehidrasi meliputi turgor kulit buruk, peningkatan frekuensi
nadi dan oernapasan, penurunan pengeluaran urine.
G. Penanganan
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
•
Memberikan
keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
•
Ibu
dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tetapi sering.
•
Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat
•
Hindari
makanan yang berminyak dan berbau lemak
•
Makan
makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin
•
Usahakan
defekasi teratur.
2. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan
gejala tidak berkurang maka diperlukan pengobatan
•
Tidak
memberikan obat yang terotogen
•
Sedativa
yang sering diberikan adalah phenobarbital
•
Vitamin
yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6
•
Antihistaminika
seperti dramamine, avomine
•
Pada
keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau khlorpromazine.
3. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat
inap di rumah sakit
1. Adapun terapi dan perawatan yang
diberikan adalah sebagai berikut :
a.
Isolasi
Penderita
disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara baik.
Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang
boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat
mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
b.
Terapi
psikologik
Berikan pengertian
bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak
perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
c.
Terapi
mental
Berikan cairan
parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5 %,
dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C
dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial
secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan dikeluarkan.
Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan diatas.
d.
Terminasi
kehamilan
Pada beberapa kasus
keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan
medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia,
ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan
terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversible
pada organ vital.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Data Subjektif
Nausea dan vomitus merupakan
gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat menahan makanan dan kehilangan berat
badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya berlebihan/hipersalivasi.
Riwayat haid: sebagian besar pasien
sadar akan haid yang tidak datang dan mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi
kadang-kadang pasien tidak dapat memberikan informasi yang penting ini,
sehingga mengaburkan diagnosis.
2.
Data Objektif
Pemeriksaan
fisik
•
Pemeriksaan
umum: kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor menurun. Pasien
dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan
wajah; lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan
pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk
ketoasidosis.
•
Takikardia
dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang berat
dan berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan koma
dapat terjadi
•
Pemeriksaan
abdomen: temuan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit dihepar dapat
ditemukan
•
Pemeriksaan
pelvis: uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur gestasi
Kebutuhan
Dasar Khusus
•
Aktifitas
istirahat
Tekanan
darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
•
Integritas
ego
Konflik interpersonal keluarga,
kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak
direncanakan.
•
Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi,
peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
•
Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8
minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran
mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor
kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
•
Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
•
Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus
dan dapat jatuh dalam koma
•
Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan
ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
•
Interaksi
social
•
Perubahan
status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga
yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang
kurang.
Tes Laboratorium
·
Pemeriksaan
darah lengkap dengan apusan darah: nilai hemoglobin dan hematokrit yang
meningkat menunjukkan hemokosentrasi berkaitan dengan dehidrasi. Anemia yang
mungkin merupakan konsekuensi dari mal nutrisi.
·
Urinalisis:
urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi sebagai akibat
dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis
starvasi.
B.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hyperemesis gravidarum adalah
meliputi :
1.
Ketidakseimbngan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah
2.
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
C, Intervensi
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Perencanaan
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1.
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah
|
Dalam waktu 3x24jam
setelah diberikan tindakan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi
Dengan criteria
hasil :
1. Berat
badan ideal
2. Bising
usus normal
3. Membrane
mukosa lembab
|
1. Timbang dan catat
berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari
2. Pantau asupan dan
haluaran pasien
3. Kaji dan catat
bising usus pasien satu kali setiap ergantian tugas jaga
4. Auskultasi dan
catat suara napas pasien setiap 4 jam
|
· Untuk
mendapatkan pembacaan yang paling akurat
· Karena
berat badan dapat meningkat sebagai akibat dari retensi cairan
· Untuk
memantau peningkatan dan penurunannya
· Untuk
memantau aspirasi
|
2.
|
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif
|
Dalam waktu 3x24
jam k
1.Membrane
mukosa lembab
2.CRT
kurang dari 3 detik
3.TTV
normal
|
1. Pantau dan
catat TTV setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai keperluan sampai stabil.
Kemudian pantau dan catat TTV setiap 4 jam
2. Ukur asupan
dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan perubahan yang
signifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka, drainase
nasogastrik, drainase slang dada, dan haluaran yang lain.
3. Timbang
pasien pada waktu yang sama setiap hari
4. Kaji turgor
kulit dan membrane mukosa mulut setiap 8 jam
5. Berikan
perawatan mulut dengan cermat setiap 4 jam
6. Periksa
berat jenis urin setiap 8 jam
|
· Takikardia,
dispnea, atau hipotensi dapat mengindikasikan kekurangan volume cairan atau
ketidakseimbangan elektrolit.
· Haluaran
urine yang rendah dan berat jenis urine yang tinggi mengindikasikan
hipovolemia
· Untuk
memberikan data yang lebih akurat dan konsisten. Berat badan merupakan
indicator yang baik untuk status cairan.
· Untuk
memeriksa dehidrasi
· Untuk
menghindari dehidrasi membrane mukosa
· Peningkatan
berat jenis urine dapat mengindikasikan dehidrasi
|
4.
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam terjadi peningkatan toleransi aktivitas
dengan criteria hasil :
1. Melaporkan
dan mendemonstrasikan peningkatan aktivitas fisik yang dapat diukur
2. Skala
mobilitas 0-1
3. Skala
kekuatan otot 5 (dapat melawan tahanan
4. Klien
terlihat segar
|
1. Kaji tingkat berfungsi pasien
dengan menggunakan skala mobilitas fungsional. Komunikasikan tingkat ini pada
staf
2. Kecuali
dikontraindikasikan, lakukan ROM setiap 2 sampai 4 jam. Tingkatkan dari
pasif ke aktif, sesuai toleransi pasien.
3.Kaji kehilangan/gangguan
keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot
4. Awasi TD, nadi, pernapasan,
selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas (mis.
Peningkatan denyut jantung/TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan
sebagainya)
|
· Komunikasi
diantara anggota staf dapat meyakinkan kontiunitas perawatan dan
mempertahankan kemandirian
· Latihan
ROM dapat mencegah kontraktur sendi dan atrofi otot
· Menunjukkan
perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi kamanan pasien
/resiko cedera
· Manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan
|
D.
Evaluasi
·
Pasien tidak lagi menunjukkan bukti penurunan berat bada
·
Pasien terhindar dari kerusakan kulit atau infeksi disekitar
pemasangan slan
·
TTV tetap stabil
·
Volume cairan tetap adekuat
·
Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa
lembap
·
Berat jenis urin tetap di antara 1,005 dan 1,010
·
Pasien mempertahankan keseimbangan cairan ( asupan seimbang
dengan haluaran)
·
Pasien menyatakan peningkatan rasa nyaman
·
Membrane mukosa mulut merah muda dan lembap
·
Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi
Pasien melakukan
aktivitas perawatan diri pada tingkat yang dapat ditoleransi
BAB III
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum
pasien memburuk.
2.
Penyebab
Hiperemesis gravidarum secara pasti
belum diketahui, faktor predisposisinya antara lain ; peningkatan kadar HCG, faktor
organik, dan faktor endokrin lainnya.
3.
Secara
patologik menunjukkan adanya kelainan-kelainan dalam berbagai alat tubuh
seperti hati, jantung, otak dan ginjal
4.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi,
kekurangan energi, tertimbun zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan
elektrolit dan perdarahan gastrointestinal
5.
Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu
ringan, sedang dan berat
6.
Penanganan
Hiperemesis gravidarum pada tahap awal
adalah pencegahan yaitu dengan memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan
dan komplikasinya
7.
Terapi
yang diberikan pada kasus Hiperemesis
gravidarum adalah terapi obat-obatan, terapi psikologik, terapi
parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap memburuk terminasi kehamilan
perlu dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Babak, Lowdermik,
Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan
Maternitas, Edisi 4; Jakarta, EGC
Doenges,E,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.jakarta: EGC
Mansjoer, A, dkk,
(2001), Kapita Selekta Kedokteran,
edisi 3, Jakarta : Penerbit Media Aesculapius FKUI.
Manuaba, Ida Bagus,
1999, Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita, Jakarta, Penerbit: Arcan
Mochtar, R, (1998),
Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1, Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam,
1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I,
Jakarta; EGC
Morgan,Geri,dkk,
2009, Obstetri&Ginekologi panduan
praktik,Jakarta: EGC
Prawirohardjo,
Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta;
Tridasa Printer
Sastrawinata,Sulaiman.
2005. Obstetri Patologi.edisi
2.Jakarta : EGC
Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi, cetakan 1 Jakarta : EGC.
Taylor,Cynthia
M.2010.Diagnosis Keperawatan: dengan
Rencana Asuhan.Jakarta:EGC
Wiknjosastro,Hanifa,
2005, ilmu kebidanan, edisi 3, Jakarta: Yayasan Bina pustaka