PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia Puskesmas merupakan
penyelenggara pelayanan kesehatan paling dasar dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat sehingga disebut pelayanan kesehatan primer.
Ada 7 program pokok puskesmas, salah satunya yaitu kesehatan Ibu dan Anak.
Puskesmas melalui jejaringnya yaitu bidan desa diharapkan menjadi ujung tombak
dalam menurunkan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan Balita.
Namun pada kenyataannya AKI, AKB dan AKBAL masih tinggi di Indonesia.
Inilah sebagian masalah pelayanan kebidanan yang dihadapi Puskesmas sebagai
tingkat pelayanan primer dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut pemerintah sebagai pemangku
kebijakan meluncurkan program ‘gerakan saying Ibu’ (GSI) dan ‘Gerakan Reproduksi
Keluarga Sehat ’.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mutu
pelayanan kebidanan oleh Indra, S.MPH
2.
Tujuan Khusus
Memahami masalah pelayanan kebidanan
ditingkat pelayanan primer yaitu kematian Ibu, kematian bayi dan balita serta
usaha dalam menurunkan AKI, AKB dan AKBAL dengan SI dan Gerakan Reproduksi
Sehat.
C.
Metode
Penulisan
Dalam makalah ini
metode penulisan yang digunakan ialah metode kepustakaan, karena sumber yang
digunakan diambil dari buku selain itu sumber yang digunakan juga didapat dari
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten atau kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan disuatu wilayah kesehatan.
Dalam system pelayanan kesehatan di Indonesia ada jenjang
pelayanan kesehatan yaitu primer, sekunder dan tersier.
Pelayanan kesehatan primer yaitu penyelenggara pelayanan
kesehatan paling depan atau yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat
mereka mengalami gangguan kesehatan / kecelakaan dan untuk meningkatkan
kesehatan atau promosi kesehatan seperti puskesmas.
Pelayanan kesehatan sekunder yaitu penyelenggara pelayanan
dengan spesialis dan subspesialis terbatas seperti RS tipe C dan D. pelayanan
Kesehatan Terseier yaitu penyelenggara pelayanan dengan spesialis dan spesialis
luas seperti RS tipe A dan B.
Puskesmas sebagai tingkat pelayanan primer yang mempunyai 7
program pokok merupakan lini terdepan dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan. Salah satu program pokok puskesmas adalah kesehatan ibu dan anak
yang mana tetapi sampai saat ini AKI dan AKB yang merupakan salah satu
indicator derajat kesehatan masih jauh dari yang diharapkan. Ini merupakan
masalah pelayanan kebidanan di tingkat pelayanan primer.
B.
Kematian
Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator derajat
kesehatan. Namun masalah kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah
besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu menjadi prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada
masa tertentu.
Kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan
dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah berakhirnya kehamilan tanpa memandang
usia kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apapun yang berkaitan
dengan atau diperbesar oleh kehamilan atau pengelolanya, bukan akibat
kecelakaan.
AKI merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu, yang menjadi indicator
terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetric dan ginekologi disuatu
wilayah. Menurut SDKI 2012 AKI 359 / 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
mengalami peningkatan yang tajam disbanding SDKI 2007 yaitu 228 / 100.000
kelahiran dan masih jauh dari harapan untuk mencapai MDD’S 2015 yaitu 102 /
100.000 kelahiran. Untuk itu perlu adanya langkah-langkah konkrit untuk
menanggulanginya.
Kematian ibu dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a.
Kematian sebagai akibat langsung kasus
kebidanan.
b.
Kematian sebagai akibat tidak langsung kasus
kebidanan yang disebakan penyakit yang sudah ada sebelumnya, atau penyakit yang
timbul selama kehamilan dan bukan akibat langsung kasus kebidanan, tetapi
diperbesar oleh pengaruh fisiologis kehamilan.
Beberapa penyebab kematian ibu di Indonesia yaitu yang
pertama perdarahan, dimana perdarahan menjadi penyebab utama dari meningkatnya Angka
Kematian Ibu yaitu 20 – 50 % kematian ibu yang kedua adalah eklamsia dan yang
ketiga adalah infeksi, baik infeksi rahim (sepsis) maupun infeksi lainnya.
Adapun factor-faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu
adalah EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan
terlalu dekat jarak kelahiran) dan TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali bahaya
dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat
dalam penanganan kegawatdaruratan).
C.
Kemana
Bayi dan Balita
Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih jauh
dari target diharapkan. Walaupun terjadi penurunan angka kematian balita dan
kematian bayi yang cukup signifikan sejak tahun 1990 sampai 2003, namun
penurunan kematian cenderung melambat dalam 10 tahun terakhir. Angka kematian
neonatal merupakan penyumbang terbesar AKB, kematian neonatal menunjukkan
penurunan yang stagnan dalam 10 tahun terakhir, ini mengakibatkan proporsi
kematian neonatal semakin besar dari tahun ke tahun jika dibandingkan dengan
seluruh kematian bayi dan balita.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat 1 tahun.
Angka Kematian Bayi adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah 1
tahun per 1.000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Menurut SDKI tahun 2012 Angka Kematian Bayi berada dikisaran 32 / 1.000
kelahiran hidup ada penurunan disbanding dengan SDKI 34 / 1.000 kelahiran hidup. Namun, masih jauh
dari target MDG’S yaitu 23 / 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Banyak factor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar
dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut kematian neonatal adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, yang diperoleh dari orangtuanya saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau post
neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai
menjelang usia satu tahun yang disebakan oleh faktor-faktor yang bertalian
dengan pengaruh lingkungan luar.
Penyebab kematian bayi adalah BBLR, Infeksi, Asfiksia, Hipotermia dan
pembagian ASI yang kurang adekuat. Adapun factor-faktor yang melatarbelakangi
kematian bayi adalah pengetahuan masyarakat, budaya, norma, akses ke pelayanan
kesehatan dan sosial ekonomi.
Angka kematian balita adalah jumlah kematian anak usia 0 – 4 tahun selama
satu tahun tertentu per 1.000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu
(termasuk kematian bayi).
Target untuk menurunkan angka kematian balita sesuai harapan MDG’S masih
jauh dari target. Menurut SDKI tahun 2007 angka kematian balita adalah 44 /
1.000 kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian balita menurut Riskesda tahun
2007 adalah diare (25,2 %), Pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).
Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
dan Angka Kematian Bayi dan Balita.
D.
Langkah
Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu Dan Angka Kematian Bayi dan Balita
Masih
tingginya AKI, AKB dan AKABA perlu langkah-langkah konkrit dalam mengatasinya.
Untuk itu, pemerintah meluncurkan ‘Gerakan Sayang Ibu’ dan ‘Gerakan Reproduksi
Keluarga Sehat’.
a. Gerakan Sayang Ibu
Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas
perempuan utamanya melalui percepatan Angka Kematian Ibu yang dilaksakan
bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber
daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam
upaya integrative dan sinergis.
Gerakan Sayang Ibu dirintis tahun 1996 di 8 Kabupaten perintis di 8
provinsi ruang lingkup kegiatan GSI diharapkan dapat menggerakan masyarakat
untuk aktif terlibat dalam kegaiatan tabulin, pemetaan bumil, donor darah,
ambulance desa. Untuk mendukung GSI dikembangkan juga program suami SIAGA
dimana suami sudah menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan siap mengantar
istri ke tempat pemeriksaan dan tempat persalinan serta siap menjaga dan
menunggui saat istri melahirkan.
Pelaksanaan
GSI diseluruh Indonesia dimantapkan dengan pembentukan SATGAS GSI dari tingkat
pusat sampai desa.
Adapun kegiatan pelaksanaan GSI
pada tingkat desa adalah :
1.
Pembentukan SATGAS GIS
Desa / Kelurahan
2.
Pendataan dan pemetaan Bumil
3.
Pengorganisasian Tabulin
4.
Pengorganisasian Ambulan Desa
5.
Pengorganisasian Donor Darah
6.
Pengorganisasian Kemitraan Dukun Bayi dan Bidan
7.
Pengorganisasian Penghubung / Liasan
8.
Pengembangan Tata Rujukan
9.
Pengorganisasian Suami Siaga
10. Pembentukan
Pondok Sayang Ibu
11. Menyebarluaskan
informasi ke masyarakat dalam mengurangi kematian bayi.
12. Penyuluhan
pada Toma, Toga, Keluarga Bumil.
Melalui kegaiatan GSI tersebut dan didukung oleh tenaga bidan
yang berkualitas diaharapkan 3 TERLAMBAT tidak terjadi lagi. Sehingga penyebab
kematian ibu yaitu perdarahan, Eclamsi dan Infeksi dapat diminimalkan dan dapat
pertolongan segera yang pada akhirnya dapat menurunkan Angka Kematian Ibu.
Begitu juga dengan bayi dan balita. Dengan adanya kegiatan
GSI masyarakat telah mengerti resiko serta penyebab kematian bayi dan balita.
Sehingga lebih siap menghadapi dan mencari pertolongan kesehatan. Dengan
demikian Angka Kematian Bayi dan Balita dapat diturunkan.
b. Gerakan Reproduksi Keluarga Sehat
Gerakan Reproduksi Keluarga Sehat dimulai oleh BKKBN sebagai
kelanjutan dari Gerakan Ibu Sehat Sejahtera. Gerakan ini intinya merupakan
upaya promosi mendukung terciptanya keluarga yang sadar akan pentingnya
mengupayakan kesehatan reproduksi. Diantara masalah yang dikemukakan adalah
masalah kematian ibu, karena itu promosi yang dilakukan melalui GRKS juga
termasuk promosi untuk kesejahteraan ibu.
Konsep reproduksi sehat dikembangkan ole BKKBN, bertujuan
untuk menurunkan tingkat fertilitas, serta berkeinginan untuk memberikan
tingkat kesehatan yang baik untuk ibu dan anaknya. Oleh karena itu, konsep ini
menunda perkawinan atau kehamilan pertama sampai umur 20 tahun, mengatur
kelahiran pada usia 30 tahun dengan cara menggunakan kontrasepsi dan mengatur
jarak kelahiran anak serta cukup mempunyai 2 anak saja, dan terakhir adalah
tidak hamil lagi setelah berumur 30 tahun.
Pendewasaan usia perkawinan bertujuan agar laki-laki matang
dan siap baik fisik dan psikologis dalam menempuh perkawinan, sehingga mereka
terhindar dari perkawinan terlalu muda yang mempunyai resiko kematian yang
tinggi. Mereka juga diharapkan tidak hamil diluar nikah, atau hamil yang tidak
direncanakan untuk mencegah abortus yang tidak aman.
Pengaturan kelahiran bertujuan agar mengatur kapan
melahirkan, jumlah anak yang diinginkan, mengatur jarak anak sehingga aman dari
resiko kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan.
Atas dasar diatas maka fungsi dan tugas pokok GKRS adalah :
1.
Menurunkan AKI dan AKB, melalui upaya
pengurangan golongan berisiko tinggi menjadi hamil dan upaya memfasilitasi
informasi agar tidak terjadi 4 TERLALU.
2.
Menurunkan fertilitas melalui upaya pendewasaan
usia perkawinan, peningkatan kesertaan KB, pembinaan pengaturan jarak
kelahiran, serta pembinaan pengaturan umur melahirkan.
3.
Melakukan KIE tentang pelayanan KB, Prenatal,
Persalinan yang aman dan pelayanan pasca persalinan.
4.
Penyediaan alat kontrasepsi.
5.
Melakukan upaya peningkatan pembinaan program
reproduksi sehat oleh masyarakat melalui peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah pelayanan kebidanan ditingkat pelayanan primer adalah kematian
ibu, kematian bayi dan balita. Masih tinggi Angka Kematian Ibu yaitu 359 /
10.000 kelahiran hidup (SDKI 2012), Angka Kematian Bayi 32 / 1.000 kelahiran
hidup (SDKI 2012) dan angka kematian balita 44 / 1.000 kelahiran hidup (SDKI
2007). Hal ini masih jauh dari target MDG’S 2015.
Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan Balita ada
berbagai cara dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah seperti program Gerakan
Sayang Ibu (GSI) dan gerakan reproduksi keluarga sehat (GRKS).
B.
Saran
Dalam upaya menurunkan AKI, AKB dan AKABA peran bidan sangatlah penting.
Untuk itu bidan diharapkan memiliki ilmu dan keterampilan yang memadai untuk
itu kiranya pemerintah bersedia memfasilitasi pelatihan maupun pendidikan.
Yang
tak kalah penting adalah penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung
pelayanan kebidanan yang optimal dan juga adanya kerjasama links sektoral dalam
melaksanakan program GSI dan GRKS.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Buku pedoman teknis pelayanan kesehatan neonatal
esensial, kementrian kesehatan RI 2012.
2.
Pedoman pelayanan Antenatal terpadu, kementrian
kesehatan RI 2012.
3.
Pelayanan kesehatan Maternatal dan Neonatal, PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2009.
4.
Departemen Kesehatan RI, 2004, pedoman
penyelenggaraan puskesmas di era Desentralisasi, Jakarta, Balai Pustaka.
5.
www.bkkbn.go.id
6.
gooleweblight.com/?liter-url=http://materi – Pak
Syaf.blogspot.com / 2011 / 06 / gerakan – sayang – ibu
7.
Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2011
8.
Vanisadesfriani.blogspot.com
9.
www.gizikia.depkes.go.id/ mengurangi – angka –
kematian – anak – masih – jauh – yang diterapkan.
10. Googleweblight.com/?lite-url=http://harian
terbit.com/read/2014/05/07
|