MAKALAH
KMB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PARKINSON
DOSEN PEMBIMBING
Ns. MUH HASAN BASRI, S.Kep
DISUSUN OLEH
NAMA : DODI ANTONI MARTA
NPM : 101009314401035
YAYASAN SETIH SETIO
MUARA BUNGO
AKADEMI KEPERAWATAN
SETIH SETIO
MUARA BUNGO
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada
sistem saraf (neurodegenerative) yang
bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat
istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita
diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural.
Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari
degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat
keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering
disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom.
Penyakit Parkinson terjadi
di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita seimbang. 5 – 10 %
orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia 40
tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara
keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 %
di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia
85 – 89 tahun. Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di
Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada
sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun
dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah
sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di
luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding
perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :.
a)
untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Ns. Muh, Hasan Basri,
S.Kep
b)
Untuk mengetahui
bagaimana pengkajian sindrom Parkinson.
c)
Untuk mengetahui
bagaimana diagnosa keperawatan sindrom Parkinson.
d)
Untuk mengetahui
bagaimana rencana keperawatan sindrom Parkinson.
e)
Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran serta asuhan keperawatan terkait
klien dengan sindrom parkinson
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit
Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus)
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat
penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus
palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif
progresif yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik
terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik pas substansia nigra pars
kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang terdiri dari protein
yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi
pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis
Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial,
sistem saraf otonom
Penyakit Parkinson meruakan suatu gangguan neurologist
progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan
mengatur gerakan.Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan
gerakan),tremor,dan kekakuan otot.
B. Etiologi
Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih belum
diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus
yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang
sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya
penuaan yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya
di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan
gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu
belum jelas benar.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson
adalah sebagai berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per
10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80
tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan
neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang,
di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor resiko yang mempengaruhi
perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya perbedaaan genetik,
kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita
penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan
lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya
hidup.
4. Genetik
Adanya riwayat penyakit
parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita penyakit
parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada
usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh
keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan
pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan mitokondria
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan
paparan metal yang lebih tinggi dan lama
c. Infeksi
Paparan virus influenza
intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson melalui
kerusakan substansia nigra. Penelitian pada
hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia
astroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori
tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal
pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa
menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar
f. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan
depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan
penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover
katekolamin yang memacu stress oksidatif.
C. Patofisiologi
Jauh di dalam otak ada
sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak memerintahkan suatu
aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam ganglia
basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan
sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus,
yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak
besar.
Keseluruhan sinyal
tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di
sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama
pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson,
sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan
dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih
sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya
dopamin terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau
terkadang faktor genetik tidang memegang peran utama.
Kadang penyebabnya
diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang sangat
lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan peradangan
otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan
atau racun memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya
obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia
menghambat kerja dopamin pada sel saraf.
D. Manifestasi Klinis
Meskipun gejala yang
disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita parkinson, umumnya
penderita parkinson mengalami hal itu.
1) Gejala Motorik
a) Tremor/Bergetar
Gejala penyakit parkinson sering
luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi
pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan
tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta
melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut
resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi
metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau
memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau
pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau
menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini
menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/
alternating tremor). Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi
bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan
(seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa
sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang
melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa
berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat
penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b) Rigiditas/Kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan
(rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang
lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada
tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi
terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa
juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya
menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita
akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat
gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi
pendek-pendek. Adanya hipertoni pada
otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh karena
meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel
phenomenon).
c) Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya
masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul.
Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa
terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan
baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga
penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi
tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil,
refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur. Gerakan volunter menjadi lambat sehingga
berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit
memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan
bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka
serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng,
kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka
keluar dari mulut. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka
keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
e) Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah, yaitu
berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar
balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga
terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi.
Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Langkah
Dan Gaya Jalan (Sikap Parkinson) Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan
makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke
dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
f) Bicara
Monoton
Hal ini
karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,
sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume
suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
g) Dimensia
Adanya perubahan status mental
selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
h) Gangguan
Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen (
tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara
berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih
dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
i) Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip
dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif).
2) Gejala non motorika
a) Disfungsi
Otonom
§ Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan
sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
§ Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
§ Pengeluaran urin yang banyak
§ Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan
melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme.
b) Gangguan
Suasana Hati, Penderita Sering Mengalami Depresi
c) Ganguan
Kognitif, Menanggapi Rangsangan Lambat
d) Gangguan
Tidur, Penderita Mengalami Kesulitan Tidur (Insomnia)
e) Gangguan
Sensasi,
§ kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang,
pembedaan warna,
§ penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan
oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk
melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
§ berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (
microsmia atau anosmia)
E. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada setiap kunjungan penderita:
a)
Tekanan darah
diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi hipotensi
ortostatik.
b)
Menilai respons
terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diekstensikan,
menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang
sangat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
c)
Mencatat dan
mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh menulis kalimat
sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran konsentris dengan tangan kanan
dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk perbandingan waktu follow up
berikutnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
§ EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
§ CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus,
sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit
kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.
G. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit parkinson
bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan adalah
untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin yang akan
memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita
penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan
dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan
terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien
diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
1) Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit
parkinson:
a) Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin),
trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit
parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
b) Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling
efektif untuk menghilangkan gejala Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika
ditambahkan kedalam levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
c) Obat-obat antihistamin untuk
menghilangkan tremor.
Preparat antivirus, Amantandin
hidroklorida,digunakan untuk mengurangi kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
d) Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan
dopamine
e) Obat-obat antidepresan
f) Selain terapi obat yang diberikan, pemberian
makanan harus benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan
penderita mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan
gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi
ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa
obat.
2) Terapi Fisik
Sebagian
terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien
akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan
petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada
penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi
disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan
pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur,
termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan
meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion.
Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah
keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
3) Terapi Suara
Perawatan
yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit
Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment (LSVT). LSVT fokus untuk
meningkatkan volume suara.
4) Terapi Gen
Penyelidikan
telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan virus yang
tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus
(STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk mempoduksi sebuah enzim yang
disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi
neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang
terlalu aktif di STN.
5) Pencangkokan
Syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk
memproduksi dopamine atau sel sistem yang berubah menjadi sel memproduksi
dopamine telah mulai dilakukan.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan
objektif pada klien dengan gangguan sistem persarafan meliputi anamnesis,
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian
psikososial.
1) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur
(lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-an dan 60-an), jenis
kelamin (lebih banyak laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosis medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan
klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot,
tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.
2) Riwayat
Penyakit Saat Ini
|
Pada
anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu lengan dan
tangan, kemudian kebagian lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini
tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik
(pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari
terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi
atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.
Keluhan
lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap
tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat,
kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan,
konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat
antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Pertanyaan yang bisa
disampaikan pada klien pada pengkajian ini meliputi
§ Apakah Anda mengalami kekakuan tangan atau kaki?
§ Apakah Anda mengalami sentakan tidak teratur pada tangan
atau kaki?
§ Apakah Anda mengalami “beku” atau terpaku dan tidak mampu
bergerak?
§ Apakah air liur Anda berlebihan?
§ Pernakah Anda (orang lain) melihat diri Anda meringis
atau membuat gerakan wajah atau menguyah?
§ Aktivitas fisik apa yang sulit Anda lakukan?
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian
yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adalah riwayat
hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka
waktu yang lama.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Walaupun
tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan sebab genetik yang
jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga.
Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah anggota keluarga terdahulu yang
menderita hipertensi dan DM. Hal ini
diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat
progresifnya penyakit.
5) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian
mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan dalam keluarga dan
masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah
klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya
perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri yang
ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan
tidak kooperatif.
Perubahan
yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah tanda depresi.
Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi dan
penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian,
psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.
6) Pemeriksaan Fisik
Setelah
melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik
sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pengkajian anamnesis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan
fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan
klien.
7) Keadaan Umum
Klien
dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya
perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan penurunan
frekuensi pernafasan.
a) B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang
terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau
saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan
otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan
paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi,
stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan
batuk yang menurun yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.
b) B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi
berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan
tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
c) B3 (Brain)
pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem
lainnya.
Pada inspeksi umum ditemukan
perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku
pada seluruh gerakan.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien
biasanya compos mentis dan juga bergantung pada penurunan aliran darah serebri
regional mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : biasanya
mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif,
penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka
panjang.
Pemeriksaan
saraf kranial
i.
Saraf I. Biasanya
pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman
tidak ada kelainan.
ii.
Saraf II. Hasil uji
ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasanya klien
lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman
penglihatan.
iii.
Saraf III, IV, dan
VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan konvergensi penglihatan
menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot- otot bola mata.
iv.
Saraf V. Pada klien
dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya
keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan ,
saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).
v.
Saraf VII. Persepsi
pengecapan dalam batas normal.
vi.
Saraf VIII. Adanya
tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan
penurunan aliran darah regional.
vii.
Saraf IX dan X.
Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.
viii.
Saraf XI. Tidak ada
atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
ix.
Saraf XII. Lidah
simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
Sistem Motorik
a)
Inspeksi umum,
ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot
dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami rigiditas deserebrasi.
b)
Tonus otot
ditemukan meningkat.
c)
Keseimbangan dan
koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan otot,
kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot
dan kaku pada seluruh gerakan.
Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks
postural, apabila klien mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala
cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan
dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau
kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien
dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara
progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.
d) B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih
perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
Klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten
dengan teknik steril.
e) B5 (Bowel)
Pemenuhan
nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurang karena
kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Klien sering
mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
f) B6 ( Bone)
Adanya
kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada
pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Adanya
gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena
perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko
pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
B. Diagnosa
1)
Hambatan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2)
Defisit perawatan
diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular, menurunnya kekuatan,
kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3)
Gangguan eliminasi
alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas.
4)
Perubahan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam
proses makan, kesulitan menguyah dan menelan.
5)
Hambatan komunikasi
verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara,
ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
6)
Koping individu
tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan
penyakit.
7)
Defisit pengetahuan
yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak
adekuat.
C. Intervensi
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
kekakuan dan kelemahan otot.
|
|
Tujuan : Dalam waktu
2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria Hasil :
Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Kaji mobilitas yang
ada dan observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
|
Mengetahui tingkat
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
|
Lakukan program
latihan yang meningkatkan kekuatan otot.
|
Meningkatkan
koordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekakuan otot dan mencegah kontraktur
bila otot tidak digunakan.
|
Lakukan latihan
postural.
|
Latihan postural
untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik kedepan dan kebawah.
|
Ajarkan teknik
berjalan khusus :
·
Ajarkan untuk berkosentrasi pada berjalan tegak,
memandang lurus kedepan, dan menggunakan cara berjalan dengan dasar lebar
(misalnya berjalan dengan kaki terpisah).
·
Klien dianjurkan untuk latihan berjalan dengan diiringi
musik marching band atau lagu, karena hal ini memberikan rangsangan sensorik.
·
Latihan bernapas sambil berjalan membantu untuk
menggerakan rangka tulang rusuk dan transpor oksigen untuk mengisi bagian
paru-paru yang kadar oksigennya rendah.
·
Melakukan periode istirahat yang sering untuk membantu
pencegahan frustasi dan kelelahan.
|
Teknik berjalan
khusus dapat juga dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan
kecenderungan tubuh condong kedepan.
|
Anjurkan mandi hangat
dan masase otot.
|
mandi hangat dan
masase membantu otot-otot rileks saat melakukan aktivitas pasif dan aktif dan
mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
|
Bantu klien melakukan
latihan ROM, perawatan diri, sesuai toleransi.
|
Untuk memelihara
fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
|
Kolaborasi dengan
ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
|
Peningkatan kemampuan
dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik oleh tim
fisioterapis.
|
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
kelemahan neuromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol
otot/koordinasi.
|
|
Tujuan : Dalam waktu
2 x 24 jam, perawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan merawat
diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuannya, mengidentifikasi personal/masyarakat dapat yang membantu.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Mandiri
Kaji kemampuan dan
tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
|
Membantu dalam mengantisipasi
dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
|
Hindari apa yang
tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
|
Menghindari klien
dari keadaan cemas dan ketergantungan untuk mencegah frustasi dan harga diri
klien rendah.
|
Ajarkan dan dukung klien
selama aktivitas.
|
Dukungan pada klien
selama aktivitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
|
Rencanakan tindakan
untuk mengatasi keterbatasan penglihatan seperti tempatkan makanan dan
peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur kedinding.
|
Klien akan mampu
melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang
keruangan.
|
Modifikasi
lingkungan.
|
Modifikasi lingkungan
diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi.
|
Gunakan pagar
disekeliling tempat tidur.
|
Gunakan pagar
disekeliling tempat tidur baik tempat tidur di rumah sakit dan dirumah, atau
sebuah tali yang diikatkan pada kaki tempat tidur untuk memberi bantuan dalam
mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain.
|
Kaji kemampuan
komunikasi untuk buang air kecil, kemampuan menggunakan urinal, pispot.
Antarkan kekamar mandi bila kondisi memungkinkan.
|
Ketidakmampuan
komunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih
oleh karena masalah neurogenik.
|
Kolaborasi
Pemberian supositoria
dan pelumas feses/pencahar.
|
Pertolongan utama
terhadap fungsi bowel atau buang air besar.
|
Konsultasi kedokter
terapi okupasi.
|
Untuk mengembangkan
terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.
|
Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan
dengan medikasi dan penurunan aktivitas.
|
|
Tujuan : Dalam waktu
2 x 24 jam, kebutuhan eliminasi alvi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat,
konsistensi feses lembek, tidak teraba massa pada kolon, bising usus normal
(15-30x/mnt).
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Monitor adanya
konstipasi.
|
Klien Parkinson
mempunyai masalah konstipasi berat. Faktor-faktor yang menyebabkan kondisi
ini adalah melemahnya otot-otot yang digunakan dalam defekasi, kurangnya
latihan, tidak adekuatnya asupan cairan, dan penurunan aktivitas sistem saraf
otonom dan obat-obatan digunakan untuk mengobati penyakit, juga menghambat
sekresi normal usus.
|
Berikan penjelasan
pada klien dan keluarga penyebab konstipasi.
|
Klien dan keluarga
akan mengerti tentang penyebab obstipasi.
|
Modifikasi defekasi
yang teratur. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat.
|
Defekasi yang teratur
dan rutin dapat membangun semangat klien untuk mengikuti pola yang teratur,
sadar untuk meningkatkan asupan cairan dan makan makanan serat. Diet seimbang
tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler.
|
Atur posisi duduk
toilet.
|
Dudukan toilet
ditinggikan untuk memudahkan aktivitas toileting karena klien sulit bergerak
dari posisi berdiri ke posisi duduk.
|
Bila klien mampu
minum, berikan asupan cairan yang cukup (2liter/hari) jika tidak ada
kontraindikasi.
|
Asupan cairan adekuat
membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu
eliminasi reguler.
|
Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian pelunak feses (laksatif, supositoria, enema).
|
Pelunak feses
meningkatkan efisiensi pembasahan air pada usus, yang mulunakkan massa feses
dan membantu eliminasi.
|
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan menguyah
dan menelan.
|
|
Tujuan : Dalam waktu
3 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat
badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Evaluasi kemampuan
makan klien.
|
Klien mengalami
kesulitan dalam mempertahankan berat badan mereka. Mulut mereka kering akibat
obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan.
|
Observasi/timbang
berat badan jika memungkinkan.
|
Tanda kehilangan
berat badan (7-10%) dan kekurangan asupan nutrisi menunjang terjadinya
masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap
pemasangan ventilator.
|
Manajemen mencapai kemampuan
menelan.
1.
Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada lidah,
ragu-ragu dalam memulai menelan, kesulitan dalam membentuk makanan dalam
bentuk bolus.
2.
Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan
untuk menelan.
3.
Klien dianjurkan untuk menelan secara berurutan.
4.
Klien diajarkan untuk meletakkan makanan diatas lidah,
menutup bibir dan gigi, dan menelan.
5.
Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu
sisi mulut dan kemudian kesisi lain.
6.
Untuk mengontrol air liur, klien dianjurkan untuk menahan
kepala tetap tegak dan membuat keadaan sadar untuk menelan.
7.
Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat
membantu.
8.
Berikan makanan kecil dan lunak.
|
Meningkatkan
kemampuan klien dalam menelan dan dapat membantu pemenuhan nutrisi klien
melalui oral.
Tujuan lain adalah
mencegah terjadinya kelelaha, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah
gangguan pada lambung.
|
Monitor pemakaian
alat bantu.
|
Pemakaian elektrik
digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dan klien diizinkan untuk
istirahat selama waktu yang ditetapkan untuk makan, alat-alat khusus juga
membantu makan.
Penggunaan piring
yang stabil, cangkir yang tidak pecah pecah bila jatuh, dan alat-alat makan
yang dapat digenggam sendiri digunakan sebagai alat bantu.
|
Kaji fungsi sistem
gastrointestinal meliputi suara bising usus, catat terjadinya perubahan
didalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus
misalnya diare, konstipasi.
|
Fungsi sistem
gastrointestinal sangat penting untuk asupan makanan. Ventilator dapat
menyebabkan kembung pada lambung dan perdarahan lambung.
|
Anjurkan pemberian
cairan 2500 cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung.
|
Mencegah terjadinya
dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama klien tidak sadar dan mencegah
terjadinya konstipasi.
|
Lakukan pemeriksaan
laboratorium yang diindikasikan, seperti serum, transferin, BUN/kreatinin,
dan glukosa.
|
Memberikan informasi
yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.
|
Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan
otot-otot wajah.
|
|
Tujuan : Dalam waktu
2 x 24 klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti
sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil :
klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Kaji kemampuan klien
untuk berkomunikasi.
|
Gangguan bicara
ditemukan pada banyak klien dengan penyakit Parkinson. Bicara mereka yang
lemah, monoton, dan terdengar halusmenuntut kesadaran berupaya untuk bicara
dengan lambat, dengan penekanan perhatian pada apa yang mereka katakan.
|
Menentukan cara-cara
komunikasi seperti mempertahankan kontak mata, memberikan pertanyaan dengan
jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, gambar, atau
papan tulis, bahasa isyarat, perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
|
Mempertahankan kontak
mata akan membuat klien tertarik selama komunikasi. Jika klien dapat
menggerakan kepala, mengedipkan mata, atau senag dengan isyarat-isyarat
sederhana, lebih baik dengan menggunakan pertanyaan ya/tidak.
Kemampuan menulis
kadang-kadang melelahkan klien, selain itu dapat mengakibatkan frustasi dalam
upaya memenuhi kebutuhan komunikasi. Keluarga dapat bekerja sama untuk
membantu memenuhi kebutuhan klien.
|
Pertimbangkan bentuk
komunikasi bila terpasang kateter intravena.
|
Kateter intravena
yang terpasang ditangan akan mengurangi kebebasan klien dalam menulis atau
memberi isyarat.
|
Letakkan bel
pemanggil dalam jangkauan klien dan berikan penjelasan cara menggunakannya.
Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan
kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.
|
Ketergantungan klien
pada ventilator akan membuat klien lebih baik dan rileks, merasa aman dan
mengerti bahwa selama menggunakan ventilator, perawat akan memenuhi segala
kebutuhannya.
|
Buatlah catatan
dikantor perawat tentang keadaan klien yang dapat bicara.
|
Mengingatkan staf
perawat untuk berespon dengan klien selama memberikan perawatan.
|
Buatlah rekaman
pembicaraan klien.
|
Rekaman pembicaraan
klien dalam pita kaset secara periodik dibutuhkan dalam memantau perkembangan
klien. Amplifier kecil membantu bila klien mengalami kesulitan mendengar.
|
Anjurkan
keluarga/orang lain yang dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien,
memberikan informasi tentang keluarganya, dan keadaan yang sedang terjadi.
|
Keluarga dapat merasa
akrab dengan klien dalam berada dekat klien selama berbicara. Pengalaman ini
dapat membantu atau mempertahankan kontak nyata seperti merasakan kehadiran
anggota keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku.
|
Kolaborasi dengan
ahli wicara bahasa.
|
Ahli terapi wicara
bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkatan latihan percakapan dan
membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan metode komunikasi untuk
memenuhi kebutuhan klien.
|
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.
|
|
Tujuan : Dalam waktu
1 x 24 koping individu menjadi efektif.
Kriteria Hasil :
mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi
dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi, mengakui, dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Kaji perubahan
gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan.
|
Menentukan bantuan
individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
|
Dukung kemampuan
koping klien.
|
Kepatuhan terhadap
program latihan dan berjalan membantu perlambat kemajuan penyakit. Dukungan
dan sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan
keluar terhadap aktivitas dengan mempertahankan partisipasi aktif.
|
Catat ketika klien
menyatakan sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian.
|
Mendukung penolakan
terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan
kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
|
Pernyataan pengakuan
terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang
realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol
sisi yang sehat.
|
Membantu klien untuk
melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh
tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima
situasi baru.
|
Beri dukungan
psikologis secara menyeluruh.
|
Klien penyakit
Parkinson sering merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan, dan merasa
sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan akibat keadaan fisik yang lambat dan
upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan
didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatnya
mobilitas). Karena Parkinson mengarah akan menunjukkan menarik diri dan
depresi, klien harus aktif berpartisipasi dalam program terapi yang mencakup
program sosial dan rekreasi.
|
Bantu dan ajarkan
perawatan yang baik dengan memperbaiki kebiasaan.
|
Membantu meningkatkan
perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
|
Buat rencana program
aktivitas harian pada keseluruhan hari.
|
Program aktivitas
pada keseluruhan hari mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat
mengarah pada tidak adanya keinginan beraktivitas dan apatis. Setiap upaya
dibuat untuk mendukung klien keluar dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan
kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk klien mandiri. Apapun yang
dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya
kemampuan koping.
|
Anjurkan orang
terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk
dirinya.
|
Menghidupkan kembali
perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta memengaruhi
proses rehabilitasi.
|
Dukung perilaku atau
usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas
rehabilitasi.
|
Klien dapat
beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa
mendatang.
|
Monitor gangguan
tidur, peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi dan penolakan.
|
Dapat mengindikasikan
terjadinya depresi. Depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke yang
memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
|
Kolaborasi : rujuk
pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
|
Dapat memfasilitasi
perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerjasam
fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan partisipasi
kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada
keadaan ini.
|
Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber
informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.
|
|
Tujuan : Dalam waktu
1 x 24, informasi dapat diterima klien.
Kriteria Hasil :
klien mampu mengulang informasi tentang prosedur perawatan rumah.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Kaji pengetahuan
klien dan keluarga tentang perawatan kesehatan dirumah.
|
Mengetahui tingkat
pengetahuan dan tingkat pendidikan akan memudahkan perawat dalam memberikan
informasi yang sesuai dengan kondisi klien.
|
Jelaskan pentingnya
perawatan kesehatan dirumah pada klien dan keluarga.
|
Kebutuhan informasi
tentang penyakit Parkinson ditujukan agar klien mampu beradaptasi dan
mempunyai kemampuan menghadapi penyakit. Setiap upaya yang dibuat untuk
menjelaskan keadaan nyata, penyakit, dan pengelolaan kecemasan dan ketakutan
yang muncul, dan mungkin merupakan ketidakmampuan akibat penyakit itu
sendiri.
|
Beri dukungan pada
keluarga dalam merawat klien Parkinson.
|
Keluarga mengalami
stress akinat hidup dan merawat orang yang mengalami ketidakmampuan.
|
Fasilitasi anggota
keluarga untuk mengekspresikan perasaannya terhadap frustasi, marah, dan
perasaan bersalah, karena hal ini sering membantu mereka.
|
Akan memudahkan dalam
menentukan intervensi selanjutnya.
|
Berikan mereka
informasi tentang pengobatan dan perawatan yang mencegah masalah yang tidak
perlu ada.
|
Memberi pelayanan
kesehatan diikutsertakan dalam perencanaan dan mungkin sebagai konsultan
dalam mengajarkan klien dan keluarga tentang teknik menurunkan stress,
bekerjasama dalam proses memberikan perawatan.
|
D. Implementasi
Sasaran tindakan adalah
untuk meningkatkan transmisi dopamin. Terapi obat-obatan mencakup antihistamin,
antikolinergik, amantidin, levodopa, anhibitor monoamin oksidasi (MAO), dan
antidepresi. Beberapa obat-obat ini menyebabkan efek sampik psikiatrik pada
lansia meliputi :
1) Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek
sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dapat membantu dalam menghilangkan
tremor.
2) Terapi Antikolinergik
Agen antikolinergik
(triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif untuk
mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat-obatan ini dapat digunakan dalam
kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi asetilkolin pada sistem
saraf pusat. Efek smaping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada
wajah, konstipasi, retensi urine, dan kondusi akut. Tekanan intraokular
dipantau ketat karena obat-obat ini kontraindikasi pada klien dengan glaukoma
meskipun glaukoma yang dialami klien hanya sedikit. Klien dengan hiperplasia
prostatik dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi urine.
3) Amantadin Hidroklorida
Amantadin hidroklorida
(Symmetrel), agen antivirus yang digunakan pada awal pengobatan penyakit
Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor dan bredikinesia. Agen ini
diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamin dari daerah psikiatrik
(perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium,
pusing, dan gangguan penglihatan.
4) Terapi Levodopa
Walaupun levodopa bukan untuk
pengobatan, saat ini merupakan agen yang paling efektif untuk pengobatan pada
penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)L dan (MD4)-dopa menjadi dopamin
pada basal ganglia. Seperti disebutkan diatas dopamin dengan konsentrasi normal
yang terdapat didalam sel-sel substansia nigra menjadi hilang pada klien dengan
penyakit Parkinson. Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat kadar dopamin
yang lebih tinggi akibat pemberian levodopa.
5) Derivat Ergoet-Agonis Dopamin
Agen-agen ini (bromokriptin dan
pergolid) dianggap sebagai reseptor dopamin; agen ini bermanfaat bila
ditambahkan dengan levodopa dan pada klien yang mengalami reaksi on-off
terhadap fluktuasi klinis ringan.
6) Inhibitor MAO.
Eldepril adalah salah satu
perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat ini menghambat
pemecahan dopamin; sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai, tidak seperti
bentuk terapi lain, agen ini secara nyata memperlambat kemajuan penyakit.
7) Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat
diberikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi pada penyakit
Parkinson.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit
Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat
penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus
palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Penyakit Parkinson
merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi
berbagai bidang.
|
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul
. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi
total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general,
dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien
berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala
berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping
pengobatan terkadang dapat sangat parah. Obat-obatan yang ada sekarang hanya
menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa
dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan
menemani sepanjang hidupnya.
B. Saran
1)
Berikan penjelasan
yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah terjangkitnya
penyakit Parkinson dan mempercepat penyembuhan.
2)
Penatalaksanaan
yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,
Arief.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan.Jakarta:SalembaMedika.2008
http://meikafitri.blogspot.com/2009/11/askep-pada-klien-parkinson.html
diakses
tanggal 05 Maret 2012
http://bamschalampa-askep.blogspot.com/2010/08/askep-parkinson.html#uds-search-results
diakses tanggal 05 Maret 2012
…….Warnet Central IT…..
Jln. Raden Mat Taher No. 25C Kel. Bungo Barat
Kec. Pasar Muara Bungo Kab. Bungo
085266976611 – Desi Susanti
1 komentar:
komentarTitanium Fitness App Review | TITanium Sports
ReplyThis gr5 titanium one includes your titanium dive watch favorite VR workouts with a real winning experience. In this article, edc titanium we take a look trekz titanium at the virtual 2016 ford fusion energi titanium reality experience that is