MAKALAH KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT

MAKALAH
PENGORGANISASI  DAN  MANAJEMEN
 PELAYANAN  KESEHATAN

“ KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK  II

1.      ELIMIATI
2.      ELPITA
3.      ERNI YASNA
4.      JUBAIDAH
5.      LUSIANA
6.      MEGAWATI

DOSEN  PEMBIMBING :
SYAMSUL B. SKM, MPH

AKADEMI KEBIDANAN AMANAH
MUARA BUNGO
T.A 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Muara Bungo, 19 September 2016
Kelompok


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A.    Latar Belakang Masalah.................................................................
B.     Rumusan Maslaah...........................................................................
C.     Tujuan Penulisan ............................................................................
BAB II KAJIAN TEORITIS........................................................................
A. Pengertian Konsep Penyebab Penyakit...........................................
B. Teori Terjadinya Penyakit................................................................
C. Kausa...............................................................................................
D. Model Hubungan Penyebab dengan Penyakit.................................
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................
A.    Konsep Sehat Sakit.........................................................................
B.     Segitiga Epidemologi......................................................................
C.     Proses Terjadinya Penyakit Infeksi.................................................
D.    Faktor Lingkungan ........................................................................
E.     Masa Tunas.....................................................................................
F.      Perjalanan Penyakit Alamiah..........................................................
G.    Pencegahan Penyakit......................................................................
H.    Mekanisme Transmisi......................................................................
I.       Contoh Kasus.................................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................
A.    Kesimpulan.....................................................................................
B.     Saran...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Penyakit tidak pernah dating tanpa sebab. Penyakit bukanlah nasib dan bukan merupakan keseluruhan yang berada dalam tubuh kita dan mengendalikan kita. Kebanyakan dari penyakit-penyakit disebabkan oleh kesalahan sederhana terhadap hukum-hukum dari sebab dan akibat. Terjadinya penyakit terutama adalah akibat dari pelanggaran terhadap hukum-hukum kesehatan yaitu hukum-hukum aktivitas dan istirahat,hukum-hukum nutrisi, dan hukum-hukum pikiran dan jiwa.
Kemiskinan dan kurangnya makanan menurunkan daya tahan tubuh masyarakat, dan terbatasnya pengertian akan hal medis, sehingga perawatan-perawatan sangat kurang efektif. Semua dari faktor-faktor ini menghasilkan akibat dari penyakit-penyakit infeksi dan kematian dini, sebagaimana yang masih sering terjadi di Negara-negara berkembang. Sekarang gambarannya berbeda di Negara-negara berkembang, tetapi tidak selalu menjadi lebih baik. Diet dan gaya hidup ala Barat menjadi semakin dan semakin populer bagi setiap orang yang membayar. Pekerjaan kantor yang dilakukan sambil duduk dan memiliki kenderaan-kenderaan menjadi tuntutan, para penjual makanan siap saji gaya Barat yang menjual makanan-makanan dengan kadar lemak tinggi semakin menjamur, penggunaan tembakau dan alkohol juga meningkat, dan dengan adanya perubahan-perubahan semacam ini, demikianlah terjadi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi, juga penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup yang semakin buruk.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan Masalah dari latar belakang diatas adalah :
a.    Bagaimana Konsep Sehat Saktit?
b.    Bagaimana Alur konsep Segitiga Epidemologi?
c.    Bagaimana Proses terjadinya penyakit Infeksi?
d.   Apa saja factor yang menyebabkan timbulnya penyakit?
e.    Apa itu Masa Tunas?
f.     Bagaimana Perjalanan Penyakit Ulamra?
g.    Bagaimana cara Pencegahan Penyakit tersebut?
h.    Bagaimana Alur/Mekanisme Transmisi Penyakit?

C. Tujuan Penulisan Makalah
       Adapun tujuan Penulisan Makalah adalah :
a.    Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Sehat Saktit?
b.    Untuk Mengetahui Bagaimana Alur konsep Segitiga Epidemologi?
c.    Untuk Mengetahui Bagaimana Proses terjadinya penyakit Infeksi?
d.   Untuk Mengetahui Apa saja factor yang menyebabkan timbulnya penyakit?
e.    Untuk Mengetahui Apa itu Masa Tunas?
f.     Untuk Mengetahui Bagaimana Perjalanan Penyakit Ulamra?
g.    Untuk Mengetahui Bagaimana cara Pencegahan Penyakit tersebut?
h.    Untuk Mengetahui Bagaimana Alur/Mekanisme Transmisi Penyakit?

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Konsep Penyebab Penyakit
Sebuah peristiwa, kondisi, karakteristik/kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit “penyebab itu harus mendahului akibat”.

B. Teori Terjadinya Penyakit
Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang terjadinya penyakit diantarnya adalah :
a.         Teori Contagion : teori yang berawal dari pengamatan terhadap penyakit kusta di Mesir ini menyatakan bahwa penyakit terjadi akibat kontak antara satu orang dengan orang lain.
b.         Teori Hippocrates : teori ini mengemukakan bahwa penyakit timbul akibat pengaruh lingkungan (air,udara,tanah,cuaca,dll). Dalam teori ini tidak dijelaskan kedudukan manusia dalam interaksi tersebut dan faktor lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit.
c.         Teori Humoral : teori yang berkembang di China ini mengemukakan bahwa penyakit timbul akibat gangguan dari ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Tubuh terdiri dari 4 cairan (merah,kuning,putih, dan hitam) bila terjadi ketidakseimbangan maka akan timbul penyakit. Jenis penyakit tergantung pada jenis cairan yang dominan.
d.        Teori Miasma : teori abad pertengahan yang mengemukakan bahwa penyakit timbul akibat sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan sehingga menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan  sekitarnya.
e.         Teori Epidemic : teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit berhubungan dengan cuaca dan faktor geografi.
f.          Teori Kuman / Jasad Renik : dengan ditemukannya mikroskop oleh Anthony Van Leuewenhoek pada abad ke 18 muncullah teori yang mengemukakan bahwa penyakit disebabkan oleh mikroorganisme.

C. Kausa
a.         Kausa Mutlak : suatu penyebab yang pasti akan menimbulkan penyakit.
b.         Kausa Esensial : suatu penyebab yang harus ada untuk memungkinkan terjadinya suatu penyakit.
c.         Kausa Sufisien : suatu penyebab yang umumnya terdiri dari beberapa penyebab, yang secara bersama-sama saling mempengaruhi untuk terjadinya penyakit.

D. Model Hubungan Penyebab dengan Penyakit
a.         Single Cause / Single Effect Model
Penyakit disebabkan oleh satu penyebab.
a.         Multiple Cause / Multiple Effect Model
Penyakit disebabkan oleh beberapa penyebab yang saling berinteraksi satu sama  lain.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Konsep Sehat Sakit
Prosesnya diawali dari keadaan keterpaparan dan penjamu harus dalam keadaan kerentanan sehingga dapat memproses sakit.
a.              Keterpaparan dan Kerentanan
Sehat à sakit mempunyai batas tidak jelas. Melalui proses yang didahului oleh keterpaparan terhadap suatu unsur tertentu serta host dalam kondisi kerentanan tertentu untuk menjadi sakit.
b.             Keterpaparan
Suatu keadaan dimana host berada pada pengaruh atau berinteraksi dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit.
c.              Kerentanan
Suatu keadaan dimana host  mempunyai kondisi yang mudah dipengaruhi atau berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga memungkinkan timbulnya penyakit.

B. Segitiga Epidemologi
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya
Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan)

Segitiga Epidemiologi
Interaksi Host, Agent, dan Lingkungan
1.    Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan
-            Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit.
-            Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan.
2.    Interaksi antara Host dan Lingkungan
-            Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada fase pre-patogenesis.
-            Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
3.    Interaksi antara Host dan Agen penyakit
·            Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit.
·            Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya.
·            Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian.
4.    Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan
-            Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsungmasuk ke dalam tubuh manusia.
Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne Disease

C. Proses Terjadinya Penyakit
Gejala penyakit yang timbul merupakan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada badan kita. Gejala itu ada yang dapat dilihat, dirasa, dicium, atau diukur. Ada gejala yang dapat dirasakan oleh pasien, ada pula gejala yang baru dapat diketahui oleh seorang dokter/perawat sewaktu diadakan pemeriksaan. Apabila tingkat kesakitan dalam suatu populasi penduduk diketahui, maka kita perlu membedakan antara populasi yang mempunyai dan tidak mempunyai penyakit yang spesifik. Pada prakteknya cara membedakannya sangat sulit. Umumnya penyakit-penyakit menahun mempunyai sejarah alamiah penyakit (Natural history of disease) yang menarik. Adanya sejarah alamiah dari suatu penyakit dapat dipakai sebagai cara dalam usaha pencegahan attaupun pengontrolan dari penyakit tersebut.
Tingkatan dari sejarah alamiah suatu penyakit (Natural history of disease) adalah sebagai berikut.
1.    Tingkat kepekaan (stage of susceptibility)
Pada tingkat ini penyakit belum nampak, tetapi telah ada suatu hubungan antara host (induk semang), agent (penyebab penyakit), dan environment(lingkungan). Adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara ketiga faktor tersebut di atas, akan menimbulkan suatu hal yang disebut faktor risiko (risk factor).
Sebagai contoh ialah sebagai berikut.
a.    Seseorang (host) yang sangat capai disertai dengan konsumsi alkohol yang berlebihan (agent), maka akan memudahkan menderita (risk factor) penyakit infeksi saluran nafas (pneumonia).
b.    Seseorang yang berbadan gemuk dengan kadar kolesterol dan tekanan darah yang tinggi disertai perokok berat, maka orang tersebut akan mempunyai resiko mendapat serangan jantung koroner.
Faktor risiko pada tingkat kepekaan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu sebagai berikut.
a. Umur seseorang
b. Jenis kelamin
c. Gaya hidup seseorang (life style)
d. Keadaan budaya
e. Dan lain-lain
2. Tingkat sebelum sakit (stage of presymtomatic disease)
Pada tingkat ini penyakit belum tampak. Adanya faktor kepekaan dan interaksi antara Host, Agent, dan Environment, akan timbul dan mulai tampak adanya perubahan-perubahan secara patologis. Walaupun demikian, perubahan-perubahan ini masih tetap berada di bawah garis yang disebut linical horizon, yaitu garis perbatasan antara keadaan penyakit yang sudah jelas tanda-tandanya (secara klinis) dan terjadiya perubahan secara patologis. Perubahan atherosklerotik pada pembuluh darah koroner, sebelum ada tanda-tanda stroke (mati mendadak).
3.Tingkat sakit secara klinis (stage of clinical disease)
Pada tingkat ini terjadi perubahan secara anatomis dan fungsional. Adanya perubahan tersebut akan menimbulkan gejala dan tanda-tanda dari suatu penyakit.
Pada tingkat sakit secara klinis ini suatu penyakit dapat diklasifikasikan, misalnya berdasarkan lokasi, gambaran histologis serta fungsionalnya (psychososial).
4. Tingkat kecacatan (stage of disability)
Ada penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan suatu pengobatan. Ada pula penyakit yang tetap berlangsung sampai lama walaupun sudah mengalami pengobatan dan dalam hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh dan akan memberikan kecacatan. Risiko dari keadaan tersebut adalah makin lamanya proses penyakit tersebut yang bisa menimbulkan cacat pada bagian tubuh tertentu.
Sebagai contoh adalah:Penykit virus tertentu (campak) dapat sembuh dengan sendirinya.akan tetapi jika kondisi penderita amat jelek dan tanpa pengobatan, dapat menimbulkan komplikasi radang otak. Tingkat kecacatan sebenarnya dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Pengertian cacat dalam masyarakat dapat berarti terbatasnya aktivitas seseorang, misalnya terbatasnya komunikasi seseorang karena ia tuli.

D. Faktor Lingkungan
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut memegang peranan dalam proses kejadian penyakit.
1. Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi :
·      Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen;
·      Vektor pembawa infeksi
·      Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan),maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia) ;
·      Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia.
2. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
·      Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
·      Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air, dan
·      Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.
·      Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul akibat manusia sendiri.
2.    Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :
§  Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang berlaku;
§  Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
§  Sistem pelayanan kesehatanserta kebiasaan hidup sehatmasyarakat setempat, dan
§  Kebiasaan hidup masyarakat
·      Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan sosial lainnya.

E. Masa Tunas
Untuk menjadi sakit, seseorang harus terpajan pathogen yang sifatnya infeksius. Dengan kata lain seseorang harus diinokulasikan denan penyakit. Hal ini menyebabkaan kita membayangkan seekor nyamuk anopheles yang menggigit ( inokulai melalui gigitan) korban tidak menyangka dirinya rentan disore hari yang hagat, yang kemudian menulari orang tersebut dengan penyakit, seperti malaria. Masa inkubasi/ masa tunas adalah rentang waktu yang berlalu diantara waktu inokulasi dan waktu  penampakan tanda atau gejala pertama penyakit itu.  Ada kasus dengan korban yang terkena gigitan nyamuk, masa inkubasi penyakit malaria adalah sekitar 15 hari (10-35 hari) , dari saat digigit sampai korban menggigil, demam, berkeringt, malaise, dan sakit kepala sela kurang lebih 1 hari, yang hilang mmuncul selama 48 jam . interval diantara ajanan malaria dan penampakan tanda atau gejala pertama yang dapat terdeteksi dari penyakit itu merupakan masa inkubasi malaria. Kesulitan yang dihadapi daklam menentukan  pajanan terhadap inokulasi atau pajanan suatu penyakit membuat titik awal masa inkubasi sulit dipastikan . tanda prodomal yang sama dari penyakit ini membuat titik akhir sulit dipastikan . disamping itu tanda-tanda gejala penyakit lain serig kali terlihat sama misal malaria disangka flu b.

F. Riwayat Alamiah
Riwayat Alamiah adalah Proses Perjalanan suatu penyakit yang alami (tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan terencana) sejak dari keadaan yang sehat hingga timbulnya akibat penyakit.
Patogenik
-       Pada keadaan ini seseorang yang pada mulanya sehat menjadi sakit yang disebabkan intervensi yang dilakukan oleh alam atau oleh orang yang bersangkutan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
-       Intervensi Alam: Bencana alam, banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi.
-       Intervensi orang yang bersangkutan,
1.    Disengajakan: Kebiasaan merokok, minum alcohol
2.    Tidak disengajakan: Termakan atau terminum makananan atau minuman yang sudah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit.
Patogresif
-       Eksperiment alamiah yang bersifat patogresif merupakan perjalanan klinis suatu penyakit.
-       Keadaan awal pada patogresif adalah orang itu sakit dan menunjukkan gejala klinis yang diikuti perkembangannya.
-       Leavell dan Clark menggambarkan riwayat perjalan penyakit seperti berikut:
Prapatogenesis: Periode saat orang mulai terinfeksi tanpa gejala klinis (masa tunas) dan ini berbeda pada tiap penyakit tergantung pada sifat bakteri (patogenitas, virulensi, juml.bakteri, dan lain-lain)
Patogenesis : periode pada awalnya seseorang telah sakit dan timbul gejala yang mengikuti.
Perjalanan penyakit dikembangkan menjadi 4 fase/tahap, yaitu:
1.    Tahap Rentan/peka
Tahap berlangsungnya proses etiologik, dimana faktor penyebab pertama untuk pertama kalinya bertemu penjamu. Disini faktor penyebab pertama belum menimbulkan penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi penyakit nantinya. Faktor penyebab pertama termasuk juga faktor resiko, yaitu faktor yang kehadirannya meningkatkan probabilitas kejadian penyakit.
Contoh:
- Kebiasaan merokok → Ca Paru
- Kolesterol LDL yang tinggi → Penyakit Jantung Korener
- Gizi yang buruk → TBC
- Radiasi sinar–X → Leukemia
2.         Tahap Presimptomatik/Pra gejala
·      Tahap berlangsungnya proses perubahan patologik yang diakhiri dengan keadaan ireversibel (manifestasi penyakit tidak dapat dihindari lagi). Disini belum terjadi manifestasi penyakit, tetapi telah terjadi tingkat perubahan patologik yang siap untuk dideteksi tanda dan gejalanya pada tahap berikutnya.
·      Contoh: Perubahan aterosklerosisi arteri coronaria sebelum seseorang memperihatkan tanda dan gejala Penyakit Jantung Koroner.
3.         Tahap Klinis
Tahap dimana perubahan patologik pada organ telah cukup banyak, sehingga tanda dan gejala penyakit mulai dapat dideteksi. Disini telah terjadi manifestasi klinik penyakit.
4.         Tahap Ketidakmampuan/terminal
Tahap dimana mulai terlihat akibat dari penyakit akibat penyakit mungkin sembuh spontan, sembuh dengan terapi, remisi (kambuh), perubahan beratnya penyakit, kecacatan atau kematian.

G.  Konsep Tingkat Pencegahan
Beaglehole membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention (pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and specific protection , secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation. Untuk lebih lanjut, akam diuraikan sebagai berikut:
1.         Pencegahan Premordial
            Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan, adanya perkembangan pengetahuan dalam epidemiologi penyakit kardiovaskular dalam hubungannya dengan diet, dll. Pencegahan ini sering terlambat dilakukan terutama di negara-negara berkembang karena sering harus ada keputusan secara nasional.
Tujuan premordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosia-ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan resiko penyakit. Upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yan dewasa ini cenderung menunjukkan peningkatannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penegahan awal ini diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau faktor resiko dapat berkembang atau memberikan efek patologis. Faktor-faktor itu tampaknya bersifat sosial atau berhubungan dengan gaya hidup danpola makan. Upaya awal terhadap tingkat pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi kesehatan yang posotif yang dapat melindingi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatannya yang sudah baik.
2.         Pencegahan Primer
Pencegahan primer ini bertujuan untuk mengurangi incidence dengan mengontrol penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal : penggunaan kondom dan jarum suntik disposable pada pencegahan infeksi HIV, imunisasi, dll. Biasanya merupakan Population Strategy sehingga secara individual gunanya sangat sedikit : penggunaan seat-belt, program berhenti merokok, dll.
3.         Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menyembuhkan dan mengurangi akibat yang lebih  serius lewat diagnosis & pengobatan yang dini. Tertuju pada periode diantara timbulnya penyakit dan waktu didiagnosis & usaha ↓ prevalensi. Dilaksanakan pada penyakit dengan periode awal mudah diindentifikasi dan diobati sehingga perkembangan kearah buruk dapat di stop, Perlu metode yang aman & tepat untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium preklinik. Misal : Screening pada kanker cervik, pengukuran tekanan darah secara rutin, dll
4.         Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan & rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Misal pada rehabilitasi pasien Poliomyelitis, Stroke, kecelakaan dll.

H. Mekanisme Transmisi
Penularan penyakit infeksi adalah mekanisme dimana penyakit infeksi ditularkan dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Penularan ini dapat terjadi melalui tiga cara sebagai berikut :
1. Penularan Langsung
Mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada orang atau binatang lain melalui “Port d’entre”. Hal ini bisa melalui kontak langsung seperti melalui sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter).
2. Penularan Tidak Langsung
a. Penularan Melalui Alat
Alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah atau duk; air, makanan, susu, produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan organ tubuh, atau segala sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa kepada orang / binatang yang rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai.
Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat tersebut sebelum ditularkan kepada orang / binatang yang rentan.
b. Penularan Melalui Vektor
(i) Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran pencernaan serangga. Bibit penyakit tidak mengalami perkembangbiakan.
(ii) Biologis : cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan (propagasi / multiplikasi), maupun melalui siklus perkembangbiakan atau kombinasi kedua-duanya.  (“cyclopropagative”) sebelum bibit penyakit ditularkan oleh serangga kepada orang / binatang lain.
Masa inkubsi ekstrinsik diperlukansebelum serangga menjadi infektif. Bibit penyakit bisa ditularkan secara vertikal dari induk serangga kepada anaknya melalui telur (“transovarium transmission”); atau melalui transmis transtadial yaitu Pasasi dari satu stadium ke stadium berikutnya dari siklus hidup parasit didalam tubuh serangga dari bentuk nimfe ke serangga dewasa.
Penularan dapat juga terjadi pada saat serangga menyuntikkan air liurnya waktu menggigit atau dengan cara regurgitasi atau dengan cara deposisi kotoran serangga pada kulit sehingga bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui luka gigitan serangga, luka garukan. Cara penularan seperti ini bukanlah cara penularan mekanis yang sederhana sehingga serangga yang menularkan penyakit dengan cara ini masih bisa disebut sebagai vektor penyakit.
3. Penularan Melalui Udara
Penyebaran bibit penyakit melalui “Port d’entre” yang sesuai, biasanya saluran pernafasan. Aerosol berupa berupa partikel ini sebagian atau keseluruhannya mengandung mikro organisme. Partikel ini bisa tetap melayang-layang diudara dalam waktu yang lama sebagian tetap infektif dan sebagian lagi ada yang kehilangan virulensinya. Partikel yang berukuran 1 – 5 micron dengan mudah masuk kedalam alveoli dan tertahan disana.
Percikan (droplet) dan partikel besar lainnya tidak dianggap sebagai penularan melalu udara (airborne); (lihat Penularan Langsung)
a.       Droplet Nuclei
Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil penguapan dari cairan percikan yang dikeluarkan oleh inang yang terinfeksi.
“Droplet Nuclei” ini bisa secara sengaja dibuat dengan semacam alat, atau secara tidak sengaja terjadi di labortorium mikrobiologi dan tempat pemotongan hewan, di tempat perawatan tanaman atau di kamar otopsi. Biasanya “Droplet Nuclei” ini bertahan cukup lama di udara.
b.      Debu
Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari tanah (misalnya spora jamur yang dipisahkan dari tanah oleh udara atau secara mekanisme), dari pakaian, dari tempat tidur atau kutu yang tercemar.

I.  Contoh Kasus
DISENTRI BASILER
1.Triad Epidemiologi
1.1 Agent
Disentri basiler disebabkan oleh Shigella spp .Shigella adalah binatang tidak bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang dengan beberapa kekecualian tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia6. Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju


1.2 Host
Shigelloides terdapat di mana-rnana tapi yang terbanyak terdapat di negara dengan tingkat kesehatan perorangan yang sangat buruk.Manusia sendiri merupakan surnber penularan dan hospes alami dari penyakit ini, yang cara penularannya adalah secara oro- faecal.
1.3 Environment
Disentri basiler ini umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan, rumah sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat. Shigellosis endemis pada daerah iklim tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari kasus, yang sebenarnya terjadi.
2.Transmisi
Disentri basiler Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman dengan kontak langsung atau melalui vector, misalnya lalat. Namun factor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan yang tidak dicuci sehabis buang air besar. Cara Penyebaran Penyakit
3. Riwayat Alamiah Disentri Basiler
1. Masa Inkubasi dan Klinis
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala adanya nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses berlendir. Gejala awal terdiri dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa darah, kemudian feses berdarah setelah 3 – 5 hari kemudian. Lamanya gejala rata-rata pada orang dewasa adalah  hari, pada kasus yang lebih parah menetap selama 3 – 4 minggu. Shigellosis kronis dapat menyerupai kolitis ulseratif, dan status karier kronis dapat terjadi.
2. Masa Laten dan Periode Infeksi
Setelah timbul gejala,sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa.
Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.
4. Pencegahan Penyakit
disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :
1.    Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan teliti.
2.    Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.
3.    Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.
4.    Memasak makanan sampai matang.
5.    Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.
6.    Mengatur pembuangan sampah dengan baik.
7.    Mengendalikan vector dan binatang pengerat. 
5. Pengobatan
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral . Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi Intravena . umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin. Namun, beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi karena penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis ringan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang disebabkan oleh banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya mikroorganisme yang menganggu fungsi biologis tubuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti lingkungan fisik dan sosial. dengan memandang keberadaan penyakit secara lengkap maka penanganan akan akan dapat dilakukan dengan lebih komprehensif.
     Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep segitiga, jaring-jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga penanganan penyakit dapat dilakukan dengan menyeimbangkan interaksi antara host, agent dan lingkungan. Dalam konsep jaring-jaring, penyakit dapat ditangani dengan memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam konsep roda, penyakit dapat ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai pergeseran roda kondisi lingkungan dan internal.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas kita sudah dapat melihat bahwa penyakit muncul dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat, maka dari itu, agar tubuh kita tidak terserang penyakit kita harus menerapkan pola hidup sehat serta melakukan pemeriksaan secara berkala..

DAFTAR PUSTAKA

Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB




Share this

Related Posts

Previous
Next Post »